Rabu 17 Nov 2021 14:57 WIB

Derita Migran Perbatasan, Kelaparan Sampai Makan Biji Apel

Para migran terjebak di perbatasan Polandia-Belarusia dalam kondisi lapar dan lelah

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Seorang wanita muda menghangatkan dirinya di api ketika migran lain berkumpul di perbatasan Belarus-Polandia dekat Grodno, Belarus, 14 November 2021. Para migran terjebak di perbatasan Polandia-Belarusia dalam kondisi lapar dan lelah.
Foto: AP/Oksana Manchuk/BelTA
Seorang wanita muda menghangatkan dirinya di api ketika migran lain berkumpul di perbatasan Belarus-Polandia dekat Grodno, Belarus, 14 November 2021. Para migran terjebak di perbatasan Polandia-Belarusia dalam kondisi lapar dan lelah.

REPUBLIKA.CO.ID, BOHONIKI -- Ketua komunitas Muslim lokal di desa Bohoniki, Polandia timur, Maciej Szczęsnowicz menangis ketika melihat para migran di perbatasan untuk pertama kalinya. Szczęsnowicz mengatakan para migran kelaparan dan kelelahan karena terjebak saat mencoba masuk ke Polandia dari Belarus.

Szczęsnowicz melihat orang-orang sangat lelah sehingga mereka tidak kuat untuk berdiri. Selain itu, mereka juga sangat kelaparan. Beberapa dari mereka memetik jamur dari tanah untuk dimakan. Bahkan ketika diberi apel, mereka juga memakan bijinya.

Baca Juga

Namun menurut Szczęsnowicz, hal yang paling menyakitkan adalah mendengar suara penderitaan mereka. “Itu suara tangisan dan jeritan anak-anak. Itu hal terburuk," ujar Szczęsnowicz.

Szczęsnowicz tak tahan melihat penderitaan para migran di perbatasan. Dia mulai bekerja mengumpulkan pakaian dan menyiapkan makanan untuk para migran. Peningkatan kehadiran pasukan keamanan di perbatasan membuat Szczęsnowicz juga tergerak untuk membantu memberi makan kepada mereka dan petugas lain yang melindungi negara.

The Associated Press mengunjungi Szczęsnowicz pada Sabtu (13/11) di sebuah restoran. Ketika itu, Szczęsnowicz dan sukarelawan lainnya sedang menyiapkan panci besar berisi sup ayam dan sayuran. Makanan itu akan dibagikan kepada tentara dan penjaga lain di perbatasan. Akan tetapi dia berharap makanan juga bisa didistribusikan kepada para migran.

Zona perbatasan terlarang bagi masyarakat umum karena diberlakukan keadaan darurat sejak awal September. Namun Szczęsnowicz memiliki akses mencapai perbatasan untuk mengirimkan makanan. Akses ini sangat spesial karena tidak dapat dimiliki oleh orang lain.

Ketika mengirimkan makanan, Szczęsnowicz melihat pemandangan penderitaan orang-orang yang berada tepat di seberang pagar kawat berduri di Belarus. Selama berbulan-bulan, ribuan migran telah berupaya untuk menyelinap melalui perbatasan timur Polandia dari Belarus. Mereka berharap bisa mencapai Eropa Barat.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement