Selasa 16 Nov 2021 19:49 WIB

Berapa Lama Manusia Bisa Bertahan tanpa Makanan?

Aksi mogok makan yang dilakukan Richard Ratcliffe sudah memasuki hari ke-20.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Berapa lama manusia bisa bertahan tanpa makan? (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Berapa lama manusia bisa bertahan tanpa makan? (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi mogok makan terkadang dipilih menjadi salah satu bentuk protes para pengunjuk rasa. Di Iran, aksi tersebut kini dilakukan oleh Richard Ratcliffe, suami dari Nazanin Zaghari Ratcliffe, yang saat ini sedang ditahan oleh pemerintah setempat.

Aksi mogok makan yang dilakukan Ratcliffe sudah memasuki hari ke-20. Melalui aksi ini, Ratcliffe berharap pemerintah Inggris mau membayar 400 ribu euro atau sekitar Rp 6,5 miliar kepada Iran demi kebebasan sang istri.

Baca Juga

Aksi mogok makan merupakan hal yang sangat berisiko untuk dilakukan karena tubuh tak mendapatkan asupan makanan untuk waktu yang cukup lama. Menurut ahli farmasi, Dan Hurley, tak mendapatkan asupan makanan dalam waktu lama bisa memicu kematian.

"Efek jangka panjang dari tak mendapatkan asupan makan dari luar itu mengerikan bagi tubuh," ujar Hurley, seperti dilansir di Mirror, Selasa (16/11).

Ketika tubuh tidak mendapatkan asupan makanan dari luar, tubuh akan mencari makanan dari dalam tubuh itu sendiri. Kondisi ini akan membuat tubuh menjadi kanibal terhadap diri sendiri atau self cannibal.

Berdasarkan beberapa ahli dan studi, tubuh manusia bisa bertahan selama 20-40 hari tanpa asupan makanan. Akan tetapi, jangka waktu tersebut masih menjadi perdebatan karena studi mengenai kelaparan kerap terbentur dengan masalah etika.

"Tubuh manusia memiliki mekanisme bertahan yang hebat ketika Anda tak mendapatkan akses terhadap makanan," jelas ahli berat badan dan genetik dari Vojo Health, Ellie Busby.

Mekanisme tersebut dikenal sebagai ketosis. Ketosis adalah kondisi di mana tubuh akan membakar lemak yang tersimpan sebagai energi karena tak mendapatkan asupan glukosa dari makanan. Tubuh akan memasuki fase ketosis dalam kurun waktu 12-24 jam setelah tidak mendapatkan asupan makan.

Banyak orang mengenal ketosis sebagai sebuah diet. Padahal ketosis merupakan suatu tahap dari metabolisme. Ketosis yang terjadi dalam jangka pendek umumnya tidak memunculkan masalah dari perspektif kesehatan.

"Anda bisa bertahan beberapa hari, mungkin beberapa pekan tanpa makanan saat berada dalam ketosis, tergantung dari cadangan lemak Anda," kata Busby.

Akan tetapi, bila kondisi ini mencapai tahap yang ekstrim atau tidak terpantau, ketoasidosis bisa terjadi. Ketoasidosis merupakan kondisi di mana keton bisa mencapai kadar yang sangat tinggi sehingga membahayakan atau bahkan mengancam nyawa.

"Ketoasidosis adalah ketika darah Anda mulai menjadi asam. Pada ketoasidosis kelaparan, ketika tubuh kehabisan lemak, tubuh akan mulai memecah otot, yang melepaskan asam amino dan laktat ke aliran darah Anda," ujar Busby.

Menurut Busby, ketoasidosis biasanya terjadi 20-30 hari setelah seseorang tidak mendapatkan asupan makanan. Pemulihan dari kelaparan dan ketoasidosis juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

Secara umum, proses pemulihan tubuh dari kelaparan sangat bergantung pada berapa lama tubuh tidak mendapatkan makanan atau minuman. Proses pemulihan ini bisa membutuhkan waktu selama beberapa pekan hingga beberapa bulan.

Hurley mengatakan, pendekatan paling aman untuk memulihkan tubuh dari ketoasidosis dan kelaparan bisa dimulai dengan memberikan asupan karbohidrat. Selain itu, penting juga mempertimbangkan terapi untuk mengatasi defisiensi lain yang mungkin dialami pasien. Kadar elektrolit pun perlu dipantau dan diperbaiki.

"Bila Anda membuat diri sendiri kelaparan selama lebih dari 72 jam, maka Anda akan membutuhkan perhatian medis," jelas Hurley.

Salah satu risiko yang perlu diperhatikan setelah seseorang mengalami kelaparan adalah sindrom refeeding. Sindrom refeeding merupakan sebuah kondisi di mana pengenalan kembali tubuh terhadap glukosa menyebabkan perubahan tajam pada keseimbangan cairan dan elektrolit.

"Hal ini bisa menyebabkan komplikasi ekstrem dan bahkan kematian," ujar Hurley.

Oleh karena itu, penanganan kelaparan perlu dilakukan oleh tenaga medis profesional. Mereka akan mengatur agar proses pengenalan kembali makanan setelah tubuh mengalami kelaparan bisa terkontrol dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement