Selasa 16 Nov 2021 13:36 WIB

BEI: Pasar Modal Indonesia Telah Pulih dari Dampak Pandemi

IHSG berhasil mencatatkan rekor tertinggi baru di level 6.691 pada 11 November 2021.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Foto Doble expose pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi), Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Foto Doble expose pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi), Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar modal Indonesia terbukti mampu bertahan di tengah badai pandemi Covid-19 yang melanda sejak tahun 2020. Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat jatuh hingga ke posisi terendah di level 3.900 setelah pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia.

Namun menjelang akhir 2021 ini, pasar modal disebut telah pulih dari dampak pandemi. "Pasar modal Indonesia telah pulih dan kembali mencatatkan rekor-rekor pertumbuhan baru baik dari segi perdagangan, pertumbuhan perusahaan tercatat serta investor," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi, di acara CEO Networking 2021, Selasa (16/11).

Baca Juga

Menurut Inarno, hal tersebut tercermin dari posisi IHSG yang telah berhasil mencatatkan rekor tertinggi baru di level 6.691 pada 11 November 2021 diikuti dengan kapitalisasi pasar yang mencapau total Rp8.215 triliun. Selain itu, rata-rata nilai transaksi meningkat 45 persen menjadi Rp13,4 triliun per hari.

Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi juga meningkat hingga sebanyak 91 persen menjadi 1,3 juta transaksi per hari. Kenaikan frekuensi ini diikuti pula dengan peningkatan volume transaksi sebesar 76 persen menjadi 20 miliar saham per hari. 

Kinerja positif juga tercermin dari pertumbuhan investor. Hingga akhir Oktober 2021, investor pasar modal telah mencapai 6,7 juta investor atau tumbuh 7,5 kali lipat sejak 2016. Diantara investor pasar modal itu terdapat investor saham yang juga mengalami peningkatan pesat sebanyak 1,4 juta investor menjadi 3 juta investor atau tumbuh 5,7 kali lipat sejak 2016.

Peningkatan ini turut diikuti dengan jumlah investor yang aktif bertransaksi. Pada periode yang sama terdapat peningkatan 111 investor menjadi 200 ribu investor aktif setiap harinya. Selanjutnya, investor ritel juga berhasil merajai transaksi bursa di 2021 dengan porsi transaksi mencapai 57 persen. 

Situasi pandemi juga tidak menyurutkan minat perusahaan untuk masuk ke pasar modal. Hingga 12 November 2021 terdapat 40 perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di bursa dengan total himpunan mencapai Rp32,3 triliun. Peghimpunan dana pada tahun ini juga merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. 

"Di pipeline kami masih ada sejumlah 29 calon perusahaan tercatat yang sedang dalam proses evaluasi untuk dapat tercatat di tahun ini atau paling lambat di awal tahun 2022," terang Inarno. 

Pertumbuhan positif ini telah menghantarkan jumlah perusahaan di bursa mencapai 752 perusahaan. Inarno memperkirakan jumlah perusahaan tercatat di Bursa akan terus bertumbuh seiring masih banyaknya calon perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Jika dibandingkan dengan bursa negara-negara ASEAN lainnya, menurut Inarno, Indonesia masih menjadi Bursa dengan jumlah IPO terbanyak di ASEAN dan terus mencatatkan tren positif dalam lima tahun terakhir. Selain itu, jika dilihat melalui pertumbuhan jumlah perusahaan tercatat, Indonesia juga memiliki pertumbuhan tertinggi yang mencapai hampir 40 persen dibandingkan bursa ASEAN lainnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Penilai Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, optimistis pencatatan efek melalui IPO akan lebih bergairah pada tahun depan. Pasalnya, beberapa indikator pasar modal telah menunjukkan tren yang positif.

Sentimen positif terkait perkembangan ekonomi global maupun domestik dari para pelaku pasar modal juga memberikan optimistisme kepada perusahaan. "Dengan dukungan dan komitmen dari regulator-regulator terkait, Bursa optimistis kegiatan IPO di tahun depan akan lebih menjanjikan," kata Nyoman.

Selain itu, Nyoman meyakini, faktor perkembangan kondisi New Normal yang semakin kondusif dan pemulihan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 5,2 persen pada 2022 bisa menjadi sentimen positif yang akan mendorong korporasi melakukan ekspansi bisnisnya melalui pendanaan dari pasar modal.

Nyoman berharap perkembangan positif dari beberapa indikator pasar tersebut dapat terus berlanjut dan meningkat pada 2022 mendatang. Dengan demikian, indikator positif itu bisa membawa optimisme dan menjadi momentum bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk melakukan penggalangan dana di Pasar Modal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement