Selasa 16 Nov 2021 04:54 WIB

Haedar Nashir: RI Perlu Akselerasi di Tingkat Global

Haedar Nashir ingatkan peran Indonesia di tingkat dunia jangan datar-datar saja.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
Haedar Nashir: RI Perlu Akselerasi di Tingkat Global. Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan pengantar sebelum meluncurkan Rencana Jangka Panjang Pendidikan (RPJP) Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah di Gedung PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Rabu (10/11). RPJP Dikdasmen ini disusun untuk Tahun 2021 hingga Tahun 2045. RPJP ini berfungsi sebagai panduan arah pendidikan di Muhammadiyah.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Haedar Nashir: RI Perlu Akselerasi di Tingkat Global. Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan pengantar sebelum meluncurkan Rencana Jangka Panjang Pendidikan (RPJP) Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah di Gedung PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Rabu (10/11). RPJP Dikdasmen ini disusun untuk Tahun 2021 hingga Tahun 2045. RPJP ini berfungsi sebagai panduan arah pendidikan di Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan, setelah menerima estafet keketuaan atau Presidensi G20 dari Italia, Indonesia perlu mengakselerasi penguatan peran regional di tingkat ASEAN. Menurut dia, kalau perannya datar-datar saja, maka peluang yang ada bisa diambil oleh negara-negara ASEAN lain.

"Biarpun Indonesia satu-satunya yang masuk G20, kita melihat Singapura, Malaysia, Thailand, pertumbuhan ekonominya juga luar biasa. Jadi kita perlu melakukan akselerasi," tutur dia dalam seminar nasional bertajuk 'Peran Strategis Muhammadiyah dan Aisyiyah dalam Mendukung Kepemimpinan Indonesia di Tingkat Global', yang ditayangkan secara virtual, Senin (15/11).

Baca Juga

Haedar juga menyinggung peran Indonesia di Asia Timur khususnya dengan Tiongkok. Menurutnya, hubungan Indonesia dengan Tiongkok adalah dinamika yang tidak mudah dan memiliki resistensi yang tinggi di dalam negeri. Untuk itu, perlu ada pemecahan agar Indonesia keluar dari kebekuan relasi tersebut.

"Karena Tiongkok akan menjadi negara pertama sebagai kekuatan ekonomi terbesar bahkan melampaui Amerika Serikat. Maka Indonesia jangan memosisikan sebagai objek. Ini penting. Indonesia perlu mengelola relasi ini," katanya.

Selain itu, Haedar mengingatkan Indonesia berada di kawasan yang dekat dengan Australia dan Pasifik sehingga relasi ini harus dibangun dengan baik. Secara khusus, Indonesia bukan satu-satunya negara Muslim di G20, karena juga ada dua negara Muslim lain, yakni Arab Saudi dan Turki.

"Di G20, Indonesia punya teman dari dunia Islam, yaitu Saudi dan Turki. Maka, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia itu perlu mengambil prakarsa untuk menciptakan perdamaian antarnegara di dunia Islam yang mengalami krisis serius, dan juga peran ekonomi yang bisa membawa dampak positif bagi kepentingan Indonesia," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Haedar juga mengingat untuk tidak membiarkan kelompok-kelompok informal negara menjalin hubungan Israel. Sebab, ini adalah posisi yang rawan buat Indonesia sebagai negara yang bebas aktif dan punya posisi yang jelas dan tegas dalam melawan segala bentuk kolonialisme.

"Jangan biarkan kekuatan-kekuatan informal itu baik kekuatan ekonomi maupun kekuatan sosial keagamaan yang menjalin hubungan dengan Israel," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement