Senin 15 Nov 2021 15:18 WIB

PP Presisi Fokus Kembangkan Jasa Pertambangan

Perolehan kontrak baru perseroan per Oktober 2021 telah mencapai Rp 4,8 triliun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
PT PP Presisi Tbk
Foto: pp-presisi.co.id
PT PP Presisi Tbk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PP Presisi Tbk fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber pertumbuhan pendapatan berulang atau recurring income. Langkah ini dilakukan seiring dengan peningkatan harga nikel yang terus meningkat.

Direktur Utama PP Presisi, Rully Noviandar, mengatakan kenaikan harga nikel terjadi sejalan dengan permintaan bahan baku baterai yang meningkat signifikan. Hal tersebut ditandai dengan pembangunan smelter dan pabrik pembuatan baterai.

Baca Juga

Selain itu, kinerja lini bisnis jasa pertambangan milik perseroan cukup baik dalam waktu yang relatif singkat. Bahkan perseroan mendapat kepercayaan dari salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia.

"Beberapa faktor teesebut mendorong kami semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income," kata Rully dikutip dalam keterbukaan informasi Bursa, Senin (15/11). 

Perseroan pun menargetkan lini bisnis jasa pertambangan ini akan memberikan kontribusi sebesar 50 persen. Kontribusi jasa pertambangan tersebur diproyeksi yang terbesar di antara lini bisnis lainnya pada tahun 2025. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, PP Presisi telah menyusun sejumlah strategi antara lain optimalisasi alat berat, peningkatan kapasitas keuangan, kapabilitas SDM, penerapan centralize SCM, dukungan IT & equipment technology, dan peningkatan tata kelola Perusahaan. 

Strategi ini diharapkan dapat membuat kinerja perseroan semakin baik. "Dengan demikian jasa pertambangan yang terintegrasi dapat segera terwujud yang akan memberikan better profit, stakeholder value added dan better cashflow," tambah Ruly. 

PP Presisi telah menganggarankan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang diestimasi mencapai Rp 500 miliar. Menurut Rully, sebagian besar dana tersebut akan dialokasikan sebagai belanja modal untuk jasa pertambangan pada tahun depan seiring dengan penambahan kontrak baru.

"Untuk membiayai capex tersebut, PP Presisi rencananya akan menerbitkan obligasi pada kuartal kedua 2022," kata Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso. 

Benny menambahkan, perolehan kontrak baru perseroan per Oktober 2021 telah mencapai Rp 4,8 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 129 persen year on year (YoY) dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,1triliun.

Perolehan kontrak baru ini telah melampui target 2021 sebesar 133 persen. Dari keseluruhan kontrak baru ini, sekitar 49 persen diantaranya merupakan kontrak jasa pertambangan. 

Hingga akhir 2021, perolehan kontrak baru PP Presisi diperkirakan akan mencapai Rp 5,3 triliun. Adapun pendapatan dan EBITDA perseroan pada akhir tahun ini masing-masing diperkirakan mencapai sebesar Rp 3,1 triliun dan Rp 940 miliar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement