Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Galang Hanindito Prakusha

Metode Islam dalam Mengajar dan Mendidik

Eduaksi | Tuesday, 28 Sep 2021, 11:17 WIB

Rasulullah Saw. seorang manusia paripurna dan mempunyai kepribadian yang adiluhung atau berakhlak mulia pasti memiliki metode dan cara dalam mendidik para sahabatnya. Salah satu metodenya rasulullah adalah lemah lembut dalam mengajar, Rasulullah saw. dalam menyampaikan pengajaran menggunakan susunan kata yang indah, ketajaman logika, sistem dan style mengajar yang bijak, dada lapang, hati yang lembut, jiwa yang cerah dan bercahaya, kasih sayang, kebijaksanaan, kecerdasan, dan penuh perhatian.

Selain itu, beliau juga tidak suka menggunakan cara yang keras dalam mengajar kecuali sesekali saja. Bahkan, jika ada sahabat yang bertindak atau memiliki akhlak yang kurang tepat, beliau akan bertindak tegas dengan menegurnya melalui cara yang halus.

Rasulullah Saw. sangat memahami bahwa mengajar dengan cara keras apalagi cenderung kasar hanya menimbulkan reaksi yang negatif dan ilmu yang disampaikan tidak akan masuk kedalam hati. Selain itu, mendidik dengan cara yang kasar dan membentak atau mendidik dengan cara yang atau mendidik dengan cara mengolok, justru dapat menjatuhkan wibawa seorang pengajar di depan muridnya karena bisa jadi murid menilai gurunya arogan. Sebab, tabiat umum manusia sangat benci terhadap sikap kekerasan dan arogansi.

Ketika murid bersikap apriori terhadap gurunya, secara otomatis guru tersebut tidak akan bisa menanamkan nilai dan ilmu dalam hati muridnya. Sebab, yang sangat dibutukan dalam memasukkan sebuah ilmu dalam hati murid adalah ketulusan dan keikhlasan guru itu sendiri, selain respons positif dari murid. Hal ini selaras dengan sebuah ungkapan, sebagaimana berikut :

"Idza wujidatil qaabiliyah minat thalib, maa nadharil mu'allim, lahashala fathun adzim, (jika ada respons positif dari murid, serta ada perhatian dari seorang guru maka akan terjadi iluminasi dan pencerahan yang luar biasa)."

Seandainya seorang murid merespons terhadap pengajaran yang disampaikan guru, sedangkan sang guru asal-asalan dalam mengajar, atau sebaliknya, seorang guru perhatian terhadap muridnya, namun sang murid tidak merespons terhadap yang diajarkan, maka pencerahan ilmiah tidak akan mungkin terjadi. Dengan kata lain, kegiatan belajar-mengajar gagal. Maka dari itu sebisa mungkin guru mengulang atau mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan, namun, biasanya guru sudah ribet dengan persoalan administrasi jadi proses guru mempelajari materi agak terhambat dan kemungkinan tidak terlaksanakan. namun, semoga itu tidak terjadi, semoga guru-guru mempelajari materi terlebih dahulu sebelum mengajari peserta didik

Jadi, respons murid dan perhatian guru merupakan syarat mutlak dalam suksesnya kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, tempat pendidikan yang berkualitas atau tidak, yang favorit atau nonfavorit, dan yang unggulan atau non unggulan hanyalah sarana dan fasilitas pendukung semata. Sebab, semua keberhasilan proses belajar tetap dikembalikan kepada murid dan guru sebagai dua unsur terpenting dalam pendidikan.

Namun, sebagai pengajar atau pendidik, kita harus tetap berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pemahaman dan "menularkan", sekaligus mentransfer ilmu kepada murid yang dibimbing. Oleh karena itu, sebisa mungkin metode semua pengajaran harus digunakan.

Sebagian dikutip dari Buku "Rasulullah Saw.; Guru paling, kreatif, Inovatif, & Sukses mengajar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image