Jumat 12 Nov 2021 12:47 WIB

Hikmah Kisah Perjalanan Nabi Musa Menemui Nabi Khidir

Kisah perjalanan Nabi Musa diabadikan dalam Alquran.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Hikmah Kisah Perjalanan Nabi Musa Menemui Nabi Khidir. Foto: Alquran (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Hikmah Kisah Perjalanan Nabi Musa Menemui Nabi Khidir. Foto: Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik dalam kisah perjalanan Nabi Musa mencari Nabi Khidir untuk memperoleh ilmu Allah Subahanahu wa Ta'ala. Kisah perjalanan nabi Musa ini diabadikan dalam Alquran yaitu pada surat Al Kahf terutama pada ayat 60-65.

Pakar tafsir Alquran yang juga dosen Ilmu Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ustaz Dr. Syahrullah Iskandar menjelaskan hikmah-hikmah dalam setiap ayat tentang kisah perjalanan nabi Musa mencari nabi Khidir. 

Baca Juga

Dalam kajian tafsir kitab Al Qishah fi Al Quran Al Karim karya Syekh Muhammad Sayyid Thanthawi yang diselenggarakan virtual oleh Nasaruddin Umar Office (NUO) beberapa waktu lalu, ustaz Syahrullah mengatakan bahwa perjalanan nabi Musa menemui nabi Khidir menggambarkan begitu gigihnya nabi Musa dalam mencari ilmu Allah. Selain itu tergambar tentang bagaimana perlakuan Nabi Musa kepada orang yang menemani perjalanannya menemui nabi Khidir. 

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun" (Alquran surat Al Kahf ayat 60). 

Ustaz Syahrullah mengatakan ayat tersebut menjelaskan percakapan nabi Musa dengan fatahu. Sebagian mufasir berpendapat fatahu berarti ponakan nabi Musa, ada juga yang berpendapat itu adalah pengikut setia nabi Musa, dan ada juga pendapat bahwa itu adalah murid nabi Musa, dan ada yang menyebut fatahu itu adalah murid nabi musa bernama Yusa' bin Nun. Meski begitu Alquran tidak menyebut spesifik siapa orang yang diajak bicara nabi Musa pada ayat ke-60 surat Al Kahf. 

Menurut ustaz Syahrullah kata fatahu juga menunjukan bagaimana nabi Musa memuliakan orang yang diajak bicara itu. Dari percakapan ini, menurut ustaz Syahrullah dapat dipetik hikmah agar memuliakan orang yang menjadi teman bicara dan memanggilnya dengan panggilan yang bagus dan tidak merendahkan. Sebab fatahu sendiri menurut ustaz Syahrullah bisa berarti anak muda. 

"Ungkapan fatahu itu merupakan ungkapan yang memuliakan seseorang. Meskipun mungkin posisinya dia di bawah nabi Musa. Tapi Alquran menyebutnya fatahu, seorang pemuda. Padahal boleh jadi orang itu adalah hambanya (pembantunya) nabi Musa tapi Alquran tak menyebutnya dengan 'Abd," kata ustaz Syahrullah yang juga pengasuh Pondok Pesantren Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran Jakarta. 

"Maka disini ada keteladanan yang diberikan Nabi Musa. Bahwa seseorang meskipun yang bergaul dan berinteraksi dengan dirinya lebih rendah derajatnya, sosialnya atau ekonominya atau akademiknya tetapi tetap kita mengangkat derajat orang itu, memuliakan orang itu, termasuk dalam sebutan-sebutan pada orang tersebut kita muliakan," katanya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement