Kamis 11 Nov 2021 20:53 WIB

Informasi Keliru Sebabkan Rendahnya Cakupan Vaksinasi Lansia

Kemenkes mencatat target vaksinasi lansia 21,5 juta jiwa namun baru 43 persen

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada nenek bernama Tarmi di rumahnya Kelurahan Kalinyamat Wetan, Tegal, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada nenek bernama Tarmi di rumahnya Kelurahan Kalinyamat Wetan, Tegal, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sekitar 21,5 juta jiwa lanjut usia (lansia) yang menjadi target sasaran vaksin Covid-19, namun cakupan vaksinasi masih rendah sekitar 43 persen. Kemenkes menilai rendahnya cakupan vaksin Covid-19 karena masih banyak yang mendapatkan informasi yang tidak tepat.

"Banyak lansia mendapatkan informasi kurang tepat. Misalnya kalau punya banyak penyakit penyerta (komorbid) maka seharusnya tidak mendapatkan vaksin Covid-19 karena bisa mendapatkan efek samping," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat mengisi konferensi virtual FMB9 bertema Dialog Produktif Kabar Kamis: Kabar Perkembangan Vaksinasi Lansia, Kamis (11/11).

Ia mengakui, informasi yang tidak benar dan kemudian didengar oleh lansia akhirnya membuat mereka ragu-ragu untuk mendapatkan vaksinasi.

Di kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Vaksinolog Dirga Sakti Rambe menambahkan, adanya hoaks dan misinformasi di zaman media sosial (medsos) seperti saat ini memang tidak terhindarkan dan fenomena itu tidak hanya terjadi di Indonesia. Ia menambahkan, kabar bohong mengenai vaksin Covid-19 telah terjadi di lingkup global.

"Tetapi kita tak boleh kalah, harus terus melawan. Makanya saat pandemi ini para dokter, ilmuwan 'turun gunung', tak hanya mengurusi pasien atau berkutat di laboratorium," ujarnya.

Diharapkan dengan cara-cara praktisi kesehatan yang kompeten di bidangnya yang terus membanjiri medsos atau media konvensional dengan berita yang benar dari sumber yang kredibel bisa membendung arus kabar yang keliru.

"Tetapi memang ada pengaruhnya (lansia yang terpengaruh kabar hoaks)," ujarnya.

Diantaranya, ada kabar bahwa lansia kebanyakan berada di rumah maka tak perlu divaksin Covid-19. Ia menegaskan, anggapan itu salah karena betul memang kelompok renta ini banyak ada di rumah tetapi anggota keluarga lainnya yang serumah dengannya yang lebih muda mencari uang, bepergian atau aktivitas di luar rumah. Kemudian kalau ada yang tertular virus kemudian saat pulang ke rumah akhirnya bisa menularkan virus tersebut pada lansia yang serumah.

"Jadi, bukan berarti di rumah saja maka pasti aman. Lansia harus tetap divaksin Covid-19," katanya.

Selain itu, dia menambahkan, ada juga anggapan lansia banyak penyakitnya dan sisa hidupnya tak lama lagi sehingga tak perlu divaksin. Tetapi ia menegaskan itu pemahaman yang salah. Artinya, dia menegaskan, lansia meski sudah memiliki banyak penyakit penyerta termasuk diabetes tetap harus dilindungi dengan vaksinasi.

Ia menegaskan, lansia merupakan kelompok berisiko tinggi. Artinya kalau mengalami Covid-19 maka kemungkinan bisa mengalami gejala berat termasuk tingginya potensi kematian akibat Covid-19. "Meski ada lansia yang masih segar dan produktif, ini yang harus dijaga (dengan divaksin Covid-19)," ujarnya.

Ia menambahkan, lansia juga penting mendapatkan vaksin Covid-19 karena terbukti aman dan efektif. Ia menambahkan, fakta ini bisa dilihat dari 200 juta dosis satu dan dosis kedua lebih telah disuntikkan dan sejauh ini relatif aman.

"Jadi, mudah membantah hoaks, bisa dilihat data-datanya keluarga kita, saudara kita. Vaksin terbukti aman dan efektif," katanya.

Sebelumnya, Kemenkes mencatat sekitar 21,5 juta jiwa lanjut usia (lansia) yang menjadi target sasaran vaksin Covid-19. Namun, baru sekitar 9,2 juta lansia di Tanah Air atau sekitar 43 persen yang telah mendapatkan vaksin Covid-19 hingga Kamis (11/11).

Nadia menjelaskan, vaksinasi Covid-19 untuk lansia sebenarnya sudah dimulai sejak Maret 2021 lalu.

"Meski telah dimulai sejak Maret 2021 dengan target sasaran 21,5 juta lansia, ternyata saat ini baru 9,2 juta atau 43 persen yang sudah divaksin," ujarnya saat mengisi konferensi virtual FMB9 bertema Dialog Produktif Kabar Kamis: Kabar Perkembangan Vaksinasi Lansia, Kamis (11/11).

Artinya, dia melanjutkan, kalau melihat cakupan vaksinasi kelompok manula berbanding terbalik dengan target sasaran lain yang tinggal 40 persen. Sedangkan 60 persen lansia masih belum divaksin. Kemenkes menambahkan, jika melihat cakupan vaksin pada lansia, hanya beberapa provinsi yang sudah mencapai target lebih dari 50 persen. Provinsi yang telah melampaui target vaksinasi lansia yaitu DKI Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau yaitu antara 40 hingga 50 persen.

Sementara itu, Kemenkes mencatat cakupan vaksin untuk lansia di daerah lainnya masih di bawah 30 persen. "Bahkan ada yang (cakupan vaksinasinya) baru 12 persen yaitu di daerah Aceh, Sumatra Barat, Papua," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement