Kamis 11 Nov 2021 11:42 WIB

Aprindo: Digitalisasi Toko Tingkatkan Kepuasan Konsumen

Pelaku ritel di Indonesia harus beradaptasi cepat dengan transformasi digital.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Belanja online. Ilustrasi.
Foto: netconnexion.com
Belanja online. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) melakukan upaya digitalisasi secara masif seiring dengan tren belanja online yang terus meningkat. Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey, menuturkan, transformasi digital menjadi keharusan bagi sektor ritel karena menjadi tuntutan konsumen.

"Dulu toko ritel itu sangat eksklusif karena belum ada online. Sekarang sudah tidak bisa, karena online dan offline saling membutuhkan dan tidak ada lagi dikotomi," kata Roy dalam konferensi pers virtual, dikutip Republika.co.id, Kamis (11/11).

Baca Juga

Ia mengatakan, para pelaku ritel di Indonesia harus beradaptasi dengan cepat dengan mengacu pada transformasi digital. Perkembangan toko online yang kini digemari masyarakat harus dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha ritel saat ini dengan masuk ke dalam ekosistem digital.

Sejauh ini, ia mencatat setidaknya ada 45 ribu gerai di seluruh Indonesia dari 600 perusahaan ritel yang menjadi anggota Aprindo. Seluruh perusahaan, kata dia, kini sudah memiliki toko versi online yang memberikan berbagai inovasi kemudahan belanja bagi konsumen.

"Muara dari transformasi digital adalah kepuasan konsumen. Seiring arus globalisasi dan digitalisasi, ritel harus bisa melayani kebutuhan pokok harian konsumen," ujar Roy.

Tak hanya meningkatkan dari sisi jasa, di era digitalisasi Roy menilai ritel harus memberikan pengalaman lebih bagi konsumen saat berbelanja. Ia mencontohkan, saat ini banyak inovasi belanja online di mana konsumen dapat melihat uji coba produk yang akan dibeli terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran.

Dari pengalaman itu, ia meyakini konsumen yang puas akan ikut membantu mempublikasikan produk yang ia beli melalui jejaring media sosial. "Maka ada benefit yang diperoleh sehingga experience itu harus diangkat," katanya.

Lebih jauh, Roy menilai transformasi digital toko ritel saat ini juga bermanfaat bagi pelaku UMKM di Indonesia. Sebab, ia mencatat banyak UMKM yang memperoleh bahan baku produksinya lewat toko ritel. Ekosistem digitial yang dibangun oleh para pemain ritel tentunya semakin memudahkan dan mendekatkan akses UMKM terhadap berbagai kebutuhannya.

"Pada akhirnya, produktivitas UMKM bisa terus bertambah dan ini menjadi circular economy yang kita ingin ciptakan," ujarnya.    

Sementara itu, Direktur Grup Bisnis Azure, Microsoft Indonesia, Fiki Setiyono, mengatakan, transformasi digital bagi toko ritel maupun UMKM akan memainkan peranan penting dalam kapabilitas dan daya saing usaha baik dalam maupun luar negeri. Ritel, kata dia, dapat menghemat biaya hingga 70 persen dengan digitalisasi serta tumbuh 62 persen lebih cepat dari sistem konvensional.

"Ini karena banyak proses bisnis dari hulu ke hilir yang dapat dilakukan digitalisasi. Ini bisa mempermudah untuk menentukan mana proses bisnis yang ingin diprioritaskan," kata Fiki.

Adapun, Bank Indonesia juga memperkirakan hingga akhir 2021 total nilai perdagangan e-commerce akan tembus Rp 370 triliun, naik 39 persen dari 2020. Angka itu, setidaknya memberikan ilustrasi mengenai potensi dan dorongan bagi industri ritel nasional untuk memanfaatkan tren belanja online.  

Ia pun menekankan, digitalisasi memberikan tantangan dan kesempatan yang sifatnya kolektif. Dengan kata lain, digitalisasi yang dilakukan ritel dapat bersifat inklusif karena akses pasar ke depan menjadi tidak terbatas dan tidak tertutup untuk segmen tertentu.

"Dan tentunya, digital itu tidak harus mahal. Teknologi jangan justru membuat kita susah dan mahal," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement