Kamis 11 Nov 2021 08:51 WIB

Jangkau Daerah 3T, Kominfo Luncurkan Kampanye Video

Video kampanye ini menekankan pada muatan lokal dan bahasa daerah.

 video kampanye ini menekankan pada muatan lokal dan bahasa daerah untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya etika digital dan keamanan daring di daerah tersebut.
Foto: istimewa
video kampanye ini menekankan pada muatan lokal dan bahasa daerah untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya etika digital dan keamanan daring di daerah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia menghadirkan video literasi digital, targetkan masyarakat milenial dan generasi Z di wilayah terluar, terpencil, dan tertinggal (3T) di Indonesia. Di bawah payung program Gerakan Nasional Literasi Digital (GLND) Siberkreasi, video kampanye ini menekankan pada muatan lokal dan bahasa daerah untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya etika digital dan keamanan daring di daerah tersebut.

Koordinator Literasi Digital Kementerian Kominfo, Rizki Ameliah mengungkap, video ini dibuat untuk menarik atensi pemuda dan kaum milenial di Indonesia.  "Generasi Z dan milenial merupakan bagian utama dari target audiens literasi digital kami, apalagi hampir 54% dari total populasi negara kita merupakan generasi Z dan milenial. Ditambah lagi, lebih dari 43% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, tentunya penting bagi kami untuk memaksimalkan kampanye yang menargetkan masyarakat di daerah 3T," ujar Rizki dalam keterangan persnya, Kamis (11/11).

Baca Juga

Video ini menghadirkan film pendek dalam bahasa daerah untuk menjangkau generasi Z dan milenial dari kawasan 3T yaitu Bondowoso, Situbondo, Bangkalan, dan Sampang, serta area lain di sekitar Jawa Timur. Film pendek ini mengeksplorasi berbagai isu penting terkait literasi digital, seperti keamanan daring, penipuan, dan keamanan siber.

"Kami mengemas literasi digital ini ke dalam bahasa daerah, sehingga kami dapat mengkomunikasikan pesan kami secara lebih personal kepada target audiens kami. Inilah sebabnya kami memilih untuk membuat seluruh film dalam bahasa Jawa. Literasi digital harus menjadi topik yang mudah dicerna, menarik, dan berdampak bagi semua orang di Indonesia dari berbagai macam daerah yang memiliki bahasa yang berbeda," tambah Rizki.

Dalam film pendek ini, dibahas berbagai risiko serius dalam lingkungan digital, lewat metode percakapan,  humor, dan teknik bercerita yang menarik. Cara ini diharapkan dapat membantu menangkis berbagai hoaks di dunia maya, cyberbullying, dan penipuan daring.

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement