Rabu 10 Nov 2021 06:21 WIB

Pemkot Bogor Mediasi Konflik Yayasan Sekolah At-Taufiq

Orang tua siswa sudah rasakan ketidaknyamanan akibat kisruh yayasan sejak April lalu.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Erik Purnama Putra
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mendatangi Sekolah At-Taufiq di Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Selasa (9/11), untuk melakukan mediasi terkait dualisme yayasan.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mendatangi Sekolah At-Taufiq di Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Selasa (9/11), untuk melakukan mediasi terkait dualisme yayasan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memberi atensi dan siap membantu mediasi menyikapi dualisme yayasan di Sekolah At-Taufiq. Pasalnya, kisruh yang terjadi di sekolah Islam tersebut membuat para siswa mengalami kesulitan atau tidak fokus mengikuti proses belajar mengajar.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto bersama Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor pun mendatangi Sekolah At-Taufiq di Jalan Cimanggu Permai, Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat pada Selasa (9/11). Tujuannya untuk melakukan komunikasi dan memfasilitasi mediasi antara kedua yayasan yang bertikai.

"Persoalan yang ada di sekolah At-Taufiq ini, betul-betul membutuhkan atensi bersama demi masa depan siswa-siswi semua di sini. Pemkot Bogor melalui Dinas Pendidikan telah melakukan proses komunikasi, memfasilitasi, dan mediasi antara dua yayasan," ujar Bima Arya ketika ditemui Republika di lokasi, Selasa.

Bima menuturkan, dari pertemuan kali ini, dan pertemuan yang sudah dilaksanakan sebelumnya, ada beberapa kesepakatan yang dicapai terkait formula pengelolaan At-taufiq. Meski begitu, ia mengakui, masih ada hal yang belum menemui titik temu, sehingga Pemkot Bogor mengambil langkah sementara agar siswa tidak terdampak.

Hingga Ahad (14/11), sambung dia, Pemkot Bogor melalui Disdik Kota Bogor memutuskan untuk meniadakan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) mulai taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), hingga sekolah menengah pertama (SMP) yang terletak satu kompleks tersebut. Menurut Bima, bakal ada Satpol PP yang berjaga untuk memastikan situasi tetap kondusif.

"Karena kemarin banyak hal-hal menimbulkan kesimpangsiuran dan miskomunikasi. Untuk mencegah hal-hal seperti itu di lapangan atau di sekolah, kami tiadakan agar kita bisa fokus untuk proses islah ini sama-sama," ujarnya.

Pada Senin (15/11) mendatang, Bima berharap kisruh sengketa yayasan sudah mencapai kesepakatan antara kedua pihak. Mulai dari pengelolaan bersama, hingga masalah mendasar ke arah penyelesaian konflik.

"Tetapi kalau tidak, per hari Senin, Pemkot Bogor akan mengambil alih Sekolah At-Taufiq dan akan melakukan kebijakan-kebijakan tegas, berdasarkan kewenangan untuk menyelamatkan sekolah, menyelamatkan siswa-siswi semua," kata politikus PAN tersebut.

Bima juga meminta semua pihak di sekolah baik yayasan, guru, dan orangtua murid turut menjaga kondusivitas sebelum kesepakatan ditemukan. Dia berharap agar seluruh pihak tidak menyebar informasi yang belum tentu benar, agar tidak memicu kekisruhan yang lain.

"Sekali lagi, mari kita jaga kondusivitas demi masa depan anak-anak kita semua. Mudah-mudahan Allah mudahkan segala ikhtiar kita," tuturnya.

Salah seorang orang tua siswa kelas 6 SD At-Taufiq, Dida menginginkan agar suasana dan kondisi sekolah tetap aman dan kondusif demi keberlangsungan para siswa. Dia mengaku, sudah merasakan ketidaknyamanan akibat dualisme yayasan sejak April lalu.

Dida menyebutkan, hal yang membuat pembelajaran anaknya tidak nyaman, antara lain guru yang sering berganti, siswa-siswi dilarang PTM, link untuk siswa-siswi pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak jelas, serta nomor rekening tujuan untuk pembayaran sekolah juga tidak jelas.

"Kita tuh maunya sekolah aman, nggak berpihak ke mana-mana. Anak-anak tetep sekolah, tetap kondusif suasana buat anak-anak. Kita mau ngadu ke siapa lagi, siapa yang mau dengerin kita," ujar Dida.

Usai mediasi yang dilakukan Pemkot Bogor dan Disdik Kota Bogor, dia berharap, anaknya dan siswa-siswi lain di sekolah At-Taufiq bisa belajar dengan tenang. "Anak-anak sekolah biasa, bJangan ada dua link untuk belajar, dua rekening untuk bayar SPP, bingung orang tua," ujar Dida.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement