Ahad 07 Nov 2021 19:32 WIB

Sudah 18 Hari Kabupaten Sintang Terendam Banjir

Sebanyak 21 ribu rumah terendam banjir ketinggian 1 hingga 3 meter.

Rep: Febryan A, Dian Fath Risalah, n Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham Tirta
Kondisi rumah warga yang terendam banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Foto: Rumah Zakat
Kondisi rumah warga yang terendam banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 12 kecamatan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), sudah 18 hari terendam banjir. Banjir yang berdampak terhadap 87.496 warga ini sempat surut, lalu perlahan naik kembali.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari mengatakan, banjir awalnya melanda Kabupaten Sintang pada Kamis (21/10). Banjir saat itu dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi sehingga debit air Kapuas dan Melawi meluap.

Dalam beberapa hari terakhir, kata Abdul, ketinggian banjir sempat surut, tapi mengalami kenaikan kembali pada Sabtu (6/11). Per Ahad (7/11), ketinggian muka air sekitar 1 hingga 3 meter.

"Hingga kini, Kabupaten Sintang masih berada pada status tanggap darurat," ungkap Abdul dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Ahad (7/11).

Berdasarkan data BPBD setempat, per Sabtu (6/11), banjir ini mengakibatkan dua warga meninggal dunia. Adapun total warga terdampak adalah sebanyak 24.522 kepala keluarga (KK) atau 87.496 jiwa.

Sedangkan jumlah warga yang mengungsi, kata Abdul, belum diketahui angka pastinya karena masih didata oleh BPBD Kabupaten Sintang. Sebagian mengungsi di lokasi pengungsian yang disiapkan BPBD, sebagian lain di tempat sanak saudaranya.

Untuk kerugian materil, lanjut Abdul, hingga Sabtu tercatat 21 ribu rumah terendam banjir. Terdapat pula lima jembatan rusak dan sejumlah tempat ibadah yang terendam.

Abdul merinci, 12 kecamatan terdampak banjir itu adalah Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Binjai Hulu, Sintang, dan Sepauk. Lalu Tempunak, Ketungau Hilir, Dedai, Serawai, Ambalau, Sei Tebelian, dan Kelam Permai.

Abdul menambahkan, pemerintah daerah telah melakukan upaya penanganan darurat sejak awal banjir ini terjadi. BPBD Kabupaten Sintang bersama tim gabungan telah mendirikan pos pengungsian dan mendistribusikan bantuan makanan. Pos komando juga mengoperasikan dapur umum maupun pos kesehatan.

Tim dari BNPB juga telah berada di lapangan untuk melakukan kajian cepat. Selain itu, BNPB berkoordinasi dengan BPBD terkait dengan pertolongan, evakuasi maupun operasional dapur umum.

Menurut dia, tim BNPB menghadapi sejumlah kendala dalam proses penanganan darurat ini. Beberapa di antaranya seperti belum tersedianya peta genangan banjir, terbatasnya perahu karet untuk evakuasi, dan akses jalan yang tergenang banjir.

Abdul tidak merinci berapa korban meninggal per Ahad ini. Namun, pada Kamis (4/11), Pusat Pengendalian Operasi BNPB mencatat sudah ada dua orang meninggal dunia akibat banjir di Kabupaten Sintang. Satu orang yang meninggal dunia ditemukan di Kecamatan Tempunak dan satu lainnya di Kecamatan Binjai. 

Banjir terjadi akibat hujan dengan intensitas tinggi sejak dua pekan terakhir. Banjir mulai menerjang pada Kamis (21/10), pukul 10.00 WIB, dengan tinggi muka air sekitar 300 sentimeter. Menurut laporan BPBD setempat, kondisi di jalan lintas provinsi - kabupaten masih tidak bisa dilewati untuk kendaraan disebabkan ruas jalan masih digenangi banjir. Selain itu, akses listrik dan komunikasi di lapangan masih terkendala.

 

Pemerintah Kabupaten Sintang telah menetapkan status tanggap darurat banjir, yang berlaku pada 19 Oktober hingga 16 November 2021. Hasil kajian dari InaRISK, Kabupaten Sintang memiliki potensi risiko banjir sedang hingga tinggi. Kejadian banjir ini akan fenomena berulang apabila tidak ditindaklanjuti dengan pengelolaan risiko secara baik.

 

Melawai kembali terendam

 

Banjir juga melanda Kabupaten Melawai. Tetangga Kabupaten Sintang itu telah terendam banjir sejak Senin (4/10). Namun, banjir sempat surut dan kembali menerjang empat desa di Melawi pada Senin (4/11).

"Iya, ini banjir susulan dari kejadian Oktober kemarin. Sempat surut, tetapi hanya dua pekan," kata Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Melawi, Syafrudin seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (6/11).

Syafruddin menambahkan, desa yang terdampak tersebar di dua kecamatan, yaitu Desa Tanjung Tengang dan Desa Tanjung Sari di Kecamatan Nanga Pinoh, serta Desa Sungai Sampuk dan Desa Lihai di Kecamatan Menukung. BPBD Melawi pada Jumat (5/11) pukul 12.40 WIB mendata sebanyak 725 warga Kabupaten Melawi masih mengungsi akibat kejadian tersebut.

BPBD Melawi, kata Syafruddin, telah mendirikan posko pengungsian di beberapa titik bagi warga yang rumahnya terendam. Posko tersebut didirikan di antaranya di Sekolah Dasar Negeri 03, Kantor Desa Natai Gunuk, Kantor Desa Sidomulyo, dan SMP Negeri 02.

Sebagai upaya percepatan penanganan pasca banjir, BPBD Melawi berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan pendataan serta mendirikan dapur umum di posko pengungsian. Mereka juga menyiapkan perahu karet untuk mengevakuasi warga.

"BPBD Kabupaten Melawi melaporkan hingga hari (Sabtu) ini ketinggian banjir di beberapa ruas jalan masih mencapai 1 hingga 1,5 meter," kata dia. Menurut dia, per Sabtu, ruas jalan provinsi masih terputus, khususnya jalan penghubung Kabupaten Melawi dengan Kabupaten Sintang.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement