Ahad 07 Nov 2021 19:02 WIB

WHO: Kematian di Eropa dan Asia Tengah Bisa Tambah 500 Ribu

Eropa dan Asia Tengah menyumbang 48 persen dari kematian yang dilaporkan.

Rep: Idealisa masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi virus corona.
Foto: Pixabay
Ilustrasi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Eropa dan Asia Tengah sekali lagi berada di pusat pandemi Covid-19. Organisasi itu menyebut kemungkinan 500 ribu kematian tambahan sebelum 1 Februari.

Direktur Regional Eropa WHO Dr Hans Kluge mengatakan, peningkatan 55 persen dalam kasus Covid-19 baru selama empat pekan terakhir di wilayah tersebut disebabkan oleh tingkat vaksinasi yang rendah dan sedikit tindakan pencegahan.

 

"Eropa dan Asia Tengah menyumbang 59 persen dari kasus global dan 48 persen dari kematian yang dilaporkan," ujar Dr Kluge dalam konferensi pers dilansir di Euronews, Jumat (5/11).

 

Musim dingin, termasuk orang-orang yang berkumpul di tempat tertutup yang terbatas, bersama dengan penggunaan masker yang rendah dan varian delta, juga berkontribusi terhadap lonjakan tersebut.

 

Para ahli WHO mengatakan, di seluruh wilayah ada variasi besar dalam penyerapan vaksin Covid-19 juga. Sekitar satu miliar dosis vaksin telah diberikan di wilayah tersebut. Namun, hanya sekitar 47 persen orang di wilayah tersebut yang sepenuhnya divaksinasi.

 

"Meskipun ada delapan negara di kawasan yang telah memvaksinasi 70 persen dari populasi mereka, angkanya tetap di bawah 10 persen," kata Kluge.

 

Ia menekankan pentingnya pencegahan seperti pemakaian masker di Eropa. Jika Eropa dan Asia Tengah memiliki 95 persen orang yang memakai masker, lanjut Kluge, mereka dapat menyelamatkan hingga 188 ribu jiwa dari setengah juta yang bisa hilang sebelum Februari 2022.

 

Kluge juga membela penggunaan Covid-19 pass. Menurut dia itu alat menuju kebebasan individu alih-alih sesuatu yang membatasi kebebasan.

 

"Penularan tinggi di banyak negara di kawasan Eropa, tidak hanya di satu negara," kata Dr Catherine Smallwood, dari tim darurat WHO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement