Ahad 07 Nov 2021 15:32 WIB

Buku Foto Pandemi, Rekaman Visual Seorang Dokter Paru (1)

Buku ini harus menjadi testimoni. Pernyataan bahwa (Covid-19) ini memang ada..

Red: Yogi Ardhi

Buku foto (photobook) Pandemi karya DR. dr. J. Teguh Widjaja, SpP., FCCP, A.FPSI*, P.FPSI (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Buku foto (photobook) Pandemi karya DR. dr. J. Teguh Widjaja, SpP., FCCP, A.FPSI*, P.FPSI (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Buku foto (photobook) Pandemi karya DR. dr. J. Teguh Widjaja, SpP., FCCP, A.FPSI*, P.FPSI (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Buku foto (photobook) Pandemi karya DR. dr. J. Teguh Widjaja, SpP., FCCP, A.FPSI*, P.FPSI (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

DR. dr. J. Teguh Widjaja, SpP., FCCP, A.FPSI*, P.FPSI menyerahkan copy buku foto Pandemi kepada Ketua Perhimpunan Amatir Foto Bandung, Christian Raphael di Bandung, beberapa waktu lalu. (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Memotret suasana pandemi di tengah pagebluk yang mewabah bukan hal yang mudah. Terlebih pemotretan dilakukan sambil mengobati pasien yang terjangkit Covid-19. Sambil mengobati? Ya, karena sang fotografer buku ini merupakan Kepala Satgas penanganan Covid-19 di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

DR. dr. J. Teguh Widjaja, SpP., FCCP adalah nama dan gelar medis lengkap sang fotografer ini. Termasuk gelar distingsi salonfoto A.FPSI* (Artis Federasi Perhimpunan Senifoto Indonesia) dan P.FPSI Proficiency of FPSI  dari lembaga yang sama.

Sehari-hari Teguh Widjaja bekerja sebagai dokter spesialis paru. Hobi di bidang fotografi telah ditekuninya sejak lama. Teguh juga tergabung dalam wadah Perhimpunan Amatir Foto (PAF) Bandung. Salah satu wadah fotografi tertua di Tanah Air yang masih aktif berkegiatan.

Kombinasi profesi dokter spesialis dan fotografi mungkin bukan dua hal istimewa. Sering kita dapati dokter atau profesi lain yang menggeluti fotografi sebagai hobi. Cukup banyak malah. Namun peristiwa pandemi Covid-19 membuat dua kombinasi --dokter dan fotografer-- ini menjadi istimewa.

Sebagai pulmonolog, dr Teguh berada di garda dalam penanganan wabah Covid-19. Wabah bersifat pandemi terakhir kali melanda dunia terjadi sekitar seratus tahun lalu, ketika Flu Spanyol menyebabkan 20-100 juta jiwa melayang dalam rentang waktu 2 tahun 1918-1920.

Teguh berada kini di barisan terdepan menyaksikan proses penulisan sejarah peradaban manusia tengah berlangsung. Profesi dokter dan kemampuan fotografinya memberinya jalan untuk mendokumentasikan peristiwa ini di garis terdepan.

“Peristiwa (pandemi) ini kan gak akan selamanya ada. Waktu itu juga rame ada Flu Spanyol. Bagaimana kita bisa mendokumentasikan situasi bersejarah seperti itu. Dan (bagi dunia) medis pun ini peristiwa bersejarah yang gak akan terulang lagi,” ujar Teguh ketika ditemui di Sekretariat PAF di Bandung beberapa waktu lalu.

Niat Teguh untuk membuat buku foto bertema pandemi ini pun semain teguh, ketika dia berhadapan dengan pihak-pihak yang tidak mempercayai keberadaan Covid-19. “Buku ini harus menjadi testimoni. Pernyataan bahwa (Covid-19) ini memang ada. Kami para dokter bukan memanipulasi. Kami bekerja berjuang, mengobati pasien-pasien ini, (bahkan dengan) mengorbankan diri kami,” ujar Teguh yang datang mengenakan pakaian medisnya.

Teguh pun berinisiatif secara formal mengajukan ijin memotret di rumah sakit tempatnya bekerja. “Karena medical photography tidak sesimpel itu. Saya tempuh jalur resmi menulis surat dan audiensi kepada direksi (rumahsakit). Meski pun saya staf, dan dokter senior di sana.”

Selain membawa stetoskop ,Teguh juga harus membawa kamera saat berpraktik.  Layaknya tangan yang harus selalu dicuci setelah mengunjungi pasien, kamera dan lensa yang digunakan pun harus ikut ‘dicuci’. Terlebih kamera berada diluar tubuh yang terbalut pakaian anti hazardous material (hazmat) alias baju Alat Pelindung Diri (APD).

Kamera yang digunakan Teguh pun harus dilap dengan cairan disinfeksi. Hal ini akhirnya memakan korban. Kamera yang digunakannya rusak terkena cairan disinfeksi yang terlalu pekat.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement