Jumat 05 Nov 2021 00:35 WIB

WHO Dorong Pengembangan Vaksin Cegah Kematian Bayi

Bakteri GBS menyebabkan hampir 100.000 kematian bayi baru lahir.

Rep: Santi Sopia/ Red: Muhammad Fakhruddin
WHO Dorong Pengembangan Vaksin Cegah Kematian Bayi (ilustrasi).
Foto: Pixabay
WHO Dorong Pengembangan Vaksin Cegah Kematian Bayi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong pengembangan vaksin untuk melawan infeksi yang mengakibatkan hampir 150.000 kematian bayi baru lahir setiap tahunnya. Sebuah laporan baru dari badan kesehatan PBB dan London School of Hygiene and Tropical Medicine menemukan bahwa infeksi Streptococcus Grup B (GBS) menjadi salah satu penyumbang terbesar angka kematian tersebut.

Laporan tersebut mengkonfirmasi temuan sebelumnya pada 2017. Bakteri GBS menyebabkan hampir 100.000 kematian bayi baru lahir dan hampir 50.000 kelahiran mati setiap tahunnya. Tetapi data itu menunjukkan kesenjangan yang signifikan sehingga kemungkinan angka yang sebenarnya jauh lebih tinggi.

GBS ditemukan pada setengah juta kelahiran dini atau prematur setiap tahunnya. Sehingga itu menyebabkan kecacatan jangka panjang pada anak yang dilahirkan.

Penulis laporan menyesalkan bahwa belum ada kemajuan signifikan untuk mengembangkan vaksin terkait. Penelitian baru ini menunjukkan bahwa Strep Grup B adalah ancaman utama dan kurang dihargai untuk kelangsungan hidup serta kesejahteraan bayi baru lahir. “Itu membawa dampak yang menghancurkan bagi banyak keluarga secara global," kata Phillipp Lambach dari departemen imunisasi WHO dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Science Alert, Kamis (4/11).

Vaksin GBS dapat diberikan kepada ibu hamil atau yang hendak melahirkan. Profesor Joy Lawn, yang memimpin pusat kesehatan remaja, reproduksi dan anak ibu LSHTM, juga sepakat bahwa vaksinasi ibu dapat menyelamatkan ratusan ribu jiwa di tahun-tahun mendatang. Dia mengecam kurangnya kemajuan pengembangan vaksin sejak gagasan suntikan GBS pertama kali dimunculkan tiga dekade lalu.

Rata-rata, 15 persen wanita hamil di seluruh dunia, atau hampir 20 juta setiap tahun, membawa bakteri GBS di vagina mereka.

Tetapi meskipun sebagian besar kasus ini tidak menunjukkan gejala, wanita hamil yang terinfeksi dapat menularkan GBS ke janinnya melalui cairan ketuban, atau selama kelahiran saat bayi melewati saluran reproduksi.

Bayi dan janin sangat rentan karena sistem kekebalan mereka tidak cukup kuat untuk melawan bakteri yang berkembang biak. Jika tidak diobati, GBS dapat menyebabkan meningitis dan septikemia, yang dapat mematikan. Bayi yang bertahan hidup dapat mengembangkan cerebral palsy, atau masalah penglihatan dan pendengaran permanen.

Laporan menunjukkan bahwa bakteri menyebabkan sekitar 40.000 bayi lahir dengan gangguan neurologis setiap tahun. Saat ini, wanita dengan GBS diberikan antibiotik selama persalinan untuk mengurangi kemungkinan penularannya ke bayi mereka.

Tetapi pendekatan ini menimbulkan masalah, di mana skrining dan pemberian antibiotik selama persalinan kurang dapat diakses. Menariknya, tingkat tertinggi GBS ibu ditemukan di sub-Sahara Afrika, yang menyumbang sekitar setengah dari beban global. Selain itu, di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Disarankan bahwa vaksin GBS dapat diberikan kepada wanita hamil selama pemeriksaan rutin. Jika menjangkau lebih dari 70 persen wanita hamil, maka diperkirakan dapat mencegah 50.000 kematian bayi dan janin setiap tahunnya.​ 

 

Sumber: https://www.sciencealert.com/who-urges-vaccine-research-for-infections-behind-shocking-rate-of-infant-deaths

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement