Kamis 04 Nov 2021 20:25 WIB

Studi: Insomnia Bisa Jadi Tanda Pendarahan Otak

Aneurisma intrakranial paling sering terjadi pada wanita berusia di atas 40 tahun.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Berdasarkan studi, insomnia bisa menjadi tanda pendarahan otak (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan
Berdasarkan studi, insomnia bisa menjadi tanda pendarahan otak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa insomnia bisa menjadi gejala peringatan dini dari kondisi medis yang fatal. Gangguan yang membuat sulit untuk tidur sepanjang malam lebih sering terjadi pada orang yang mengalami pendarahan otak.

Para peneliti dari Karolinska Institutet in Stockholm mengkaji insomnia sebagai penanda potensial aneurisma otak yang pecah. Aneurisma otak adalah pembesaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya pembuluh darah.

Baca Juga

Istilah medis untuk aneurisma yang berkembang di dalam otak adalah aneurisma intrakranial, paling sering terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun dan wanita. Sebagian besar aneurisma ini tidak akan pecah dan bahkan mungkin tidak terdeteksi. Para ahli percaya antara satu sampai lima persen dari populasi memiliki aneurisma otak.

Ketika tonjolan pecah, itu bisa menyebabkan perdarahan serius, yang dikenal sebagai perdarahan subarachnoid. Menurut National HEalth Service (NHS), sekitar tiga dari lima orang yang mengalami perdarahan subarachnoid meninggal dalam waktu dua pekan, sementara setengah dari mereka yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak yang parah dan kecacatan.

“Aneurisme yang pecah sangat fatal. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi faktor risiko dapat membantu mencegah pecahnya aneurisma,” kata penulis utama studi, dr Susanna Larsson, seperti dilansir di The New York Post, Kamis (4/11).

Dr Larsson dan tim menggunakan data dari beberapa penelitian untuk mengidentifikasi faktor apa yang dapat memicu aneurisma otak yang berbahaya. Mulai dari gangguan tidur, konsumsi kopi, olahraga, BMI, hingga kolesterol.

Untuk menentukan kecenderungan, sekitar 6.300 kasus aneurisma otak dan hampir 4.200 kasus aneurisma otak pecah dibandingkan dengan lebih dari 59.500 orang sehat. Hasilnya, insomnia dikaitkan dengan 24 persen peningkatan risiko kedua kondisi tersebut.

“Hubungan antara insomnia dan aneurisma intrakranial belum pernah dilaporkan sebelumnya, dan temuan ini memerlukan konfirmasi dengan penelitian lanjutan. Penelitian kami mendukung pemikiran bahwa mengelola faktor risiko dapat memengaruhi aneurisma otak dan risiko perdarahan,” kata dr Larsson.

Risiko aneurisma otak lebih tinggi pada perokok dan orang dengan tekanan darah tinggi, tetapi tidak bagi mereka yang memiliki kolesterol tinggi atau BMI tinggi. Insomnia dan gangguan tidur memang bisa meningkatkan tekanan darah, yang dapat menjelaskan risiko aneurisma otak.

“Saat Anda tidur, tekanan darah pun turun. Memiliki masalah tidur berarti tekanan darah Anda tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata dia.

NHS mengatakan cara terbaik untuk menghindari aneurisma otak dan pecahnya pembuluh darah adalah dengan menjaga kesehatan pembuluh darah. Itu berarti berhenti merokok, kurangi makanan tinggi lemak, serta mengontrol tekanan darah dan berat badan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement