Kamis 04 Nov 2021 09:13 WIB

190 Negara dan Organisasi Berkomitmen Setop Pakai Batu Bara

Negara berkomitmen mengakhiri semua investasi pembangkit batu bara pada 2040.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Pembangkit listrik RWE berbahan bakar batu bara menyala pada hari yang cerah di Neurath, Jerman, Kamis, 29 April 2021. Pengadilan tinggi Jerman memutuskan Kamis bahwa pemerintah negara itu harus menetapkan tujuan yang jelas untuk mengurangi emisi gas rumah kaca setelah 2030, dengan alasan bahwa undang-undang saat ini tidak cukup jauh dalam memastikan bahwa perubahan iklim dibatasi pada tingkat yang dapat diterima.
Foto: AP/Martin Meissner
Pembangkit listrik RWE berbahan bakar batu bara menyala pada hari yang cerah di Neurath, Jerman, Kamis, 29 April 2021. Pengadilan tinggi Jerman memutuskan Kamis bahwa pemerintah negara itu harus menetapkan tujuan yang jelas untuk mengurangi emisi gas rumah kaca setelah 2030, dengan alasan bahwa undang-undang saat ini tidak cukup jauh dalam memastikan bahwa perubahan iklim dibatasi pada tingkat yang dapat diterima.

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Negara pengguna batu bara utama termasuk Polandia, Vietnam dan Chili berkomitmen untuk beralih dari bahan bakar fosil, dalam janji yang dibuat pada KTT iklim COP26. Tetapi beberapa negara yang bergantung pada batu bara terbesar di dunia, termasuk Australia, India, China, dan AS, tidak menandatangani janji tersebut.

Batu bara adalah kontributor tunggal terbesar terhadap perubahan iklim. Inggris mengatakan 190 negara dan organisasi telah bersumpah untuk berhenti menggunakan batu bara.

Baca Juga

Penandatangan perjanjian telah berkomitmen untuk mengakhiri semua investasi pembangkit listrik tenaga batu bara baru di dalam negeri dan internasional. Mereka juga telah sepakat untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2030-an untuk negara-negara ekonomi utama, dan 2040-an untuk negara-negara miskin.

"Akhir dari batu bara sudah di depan mata," kata sekretaris bisnis dan energi Inggris Kwasi Kwarteng, dilansir di BBC, Kamis (4/11).

"Dunia sedang bergerak ke arah yang benar, berdiri siap untuk menutup nasib batu bara dan merangkul manfaat lingkungan dan ekonomi dari membangun masa depan yang didukung oleh energi bersih," tuturnya.

Lebih dari 40 negara telah menandatangani pernyataan tersebut. Polandia, Vietnam, dan Chili termasuk di antara 18 negara yang setuju untuk menghentikan dan tidak membangun atau berinvestasi dalam pembangkit listrik tenaga batu bara baru untuk pertama kalinya.

Tetapi sekretaris bisnis Inggris, Shadow Ed Miliband mengatakan ada kesenjangan yang mencolok dari negara-negara seperti China dan penghasil emisi besar lainnya, yang belum berkomitmen untuk menghentikan peningkatan batu bara di dalam negeri. Dia juga mencatat bahwa tidak ada penghapusan minyak dan gas secara bertahap. Miliband mengatakan pemerintah Inggris telah membiarkan orang lain lolos, terkait hal ini.

Meskipun kemajuan telah dicapai dalam mengurangi penggunaan batu bara secara global, namun masih menghasilkan sekitar 37 persen dari listrik dunia pada tahun 2019. Negara-negara seperti Afrika Selatan, Polandia dan India akan membutuhkan investasi besar untuk membuat sektor energi mereka lebih bersih.

Juan Pablo Osornio, kepala delegasi Greenpeace di COP26, mengatakan bahwa secara keseluruhan pernyataan ini masih jauh dari ambisi yang dibutuhkan untuk bahan bakar fosil dalam dekade kritis ini.

"Cetak kecil tampaknya memberi negara-negara kelonggaran besar untuk memilih tanggal penghentian mereka sendiri, terlepas dari tajuk utama yang mengkilat," ujar Osornio.

Baca juga : Mengapa Biaya Transfer Online Belum Gratis?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement