Rabu 03 Nov 2021 06:04 WIB

Menunggu Restu Ibu Ketua, Menguji Kesabaran Ganjar

PDI Perjuangan belum juga melirik Ganjar yang memiliki elektabilitas tinggi.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) saat menyerahkan berkas rekomendasi kepada Ganjar Pranowo, saat pelaksanaan Pilgub Jawa Tengah di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, beberapa tahun lalu.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) saat menyerahkan berkas rekomendasi kepada Ganjar Pranowo, saat pelaksanaan Pilgub Jawa Tengah di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, beberapa tahun lalu.

Oleh : Bayu Hermawan, Jurnali Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Bursa calon presiden untuk Pemilihan Presiden 2024 mulai menghangat jelang akhir 2021. Sejumlah nama diprediksi bakal maju. Sejumlah tokoh sudah terang-terangan menyatakan siap bertarung memperebutkan kursi RI-1, tapi ada pula yang  masih malu-malu. Dan tentu saja, ada tokoh yang dideklarasikan dan didorong untuk terjung ke gelanggang pertarungan melalui kelompok-kelompok masyarakat dan relawan. Salah satu nama yang menjadi 'hot item' adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Munculnya nama Ganjar Pranowo sebagai salah satu nama yang berpeluang maju pada pilpres edisi mendatang bukan hal yang mengejutkan. Jawa Tengah merupakan provinsi 'kunci', yang tentu saja gubernurnya tak sulit mendapat perhatian dari media massa.

Dalam sejumlah survei, Ganjar juga memiliki elektabilitas yang tinggi. Misalnya, survei Litbang Kompas menempatkan Ganjar sebagai satu dari dua tokoh yang mempunyai elektabilitas tertinggi di Indonesia. Elektabilitas Ganjar sejajar dengan Prabowo Subianto yang sudah 'veteran' mengikuti ajang pilpres.

Elektabilitas Ganjar mengalahkan Anies Baswedan, yang juga diprediksi bakal menjadi 'bintang' jika maju di pilpres. Elektabilitas Ganjar jauh di atas Sandiaga Uno, Airlangga, dan Muhaimin Iskandar, yang sudah memberikan kode keras siap diusung dan dipinang sebagai capres. Elektabilitas Ganjar pun jauh mengalahkan putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, yang belakangan gambarnya banyak ditemui di baliho-baliho.

Ganjar memang sudah lama malang-melintang di dunia politik. Ia menapaki karier politik dari level terbawah sebagai simpatisan PDI. Dirinya kemudian bergabung dengan PDI Perjuangan yang didirikan oleh Megawati Soekarnoputri.  Karier politik Ganjar mulai moncer saat ditugaskan sebagai anggota DPR RI melalui pergantian antarwaktu (PAW) pada 2004. Kala itu, ia masuk ke Komisi IV yang mengawasi bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. Ganjar kembali menjadi anggota dewan pada periode berikutnya dan ditempatkan di Komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, reformasi birokrasi, pemilu, pertanahan, dan reformasi agraria. Selama di DPR, Ganjar pernah menjadi ketua Panitia Khusus RUU Parpol, ketua Pansus tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta anggota Baleg. Nama Ganjar semakin dikenal publik saat menjadi anggota Pansus Hak Angket Bank Century.

Seusai berkiprah di Senayan, Ganjar melenggang menjadi gubernur Jawa Tengah. Pembawaan Ganjar yang santun dan merakyat membuatnya menjadi salah satu kepala daerah yang mencuri perhatian sejak itu. Belum lagi, Ganjar juga menjadi salah satu kepala daerah yang pintar menggunakan media sosial. Ganjar mampu menciptakan citra sebagai sosok gubernur yang tidak berjarak dengan warganya. Ganjar pun dalam perjalanannya sukses terpilih lagi menjadi gubernur untuk periode kedua.

Sejak beberapa tahun terakhir, nama Ganjar mulai masuk dalam bursa tokoh yang berpotensi bertarung di pilpres mendatang. Elektabilitasnya pun terbilang cukup stabil. Sayangnya, apa yang dimiliki Ganjar belum membuat PDI Perjuangan tertarik. Belum ada suara dari pimpinan partai Banteng moncong putih itu untuk menjadikan Ganjar sebagai figur yang akan mereka usung.

Dukungan agar Ganjar maju di pilpres mendatang justru datang dari luar, yakni Relawan Jokowi Mania. Bahkan, kelompok relawan itu berani menyebut jika Ganjar adalah the Next Jokowi. Kelompok lain yang mendukungnya adalah sahabat Ganjar yang belakangan rajin keliling untuk mempromosikan pria berusia 53 tahun itu.

Mengapa PDI Perjuangan belum melirik Ganjar? Dalam pandangan penulis, catatan PDI Perjuangan dalam setiap keputusan politik besar selalu ada di tangan sang ketua umum. Dalam sisa satu tahun menuju 2024, akan menarik melihat bagaimana nasib Ganjar di pentas politik Indonesia. Banyak pihak memprediksi jika Ganjar bisa saja hengkang dari PDI Perjuangan untuk mendapat tiket maju di pilpres. Namun, sepertinya hal itu akan sulit terjadi, jika melihat loyalitas yang ditunjukkannya hingga saat ini.

Jika memang Ganjar ingin berpetualang di luar PDI Perjuangan, bisa saja dilakukan sejak lama, seperti saat Pilkada Jakarta lalu. Namun, kita tidak tahu, dalam urusan Pilpres 2024, apakah Ganjar akan tetap taat pada putusan partai atau tidak.

Jika Ganjar memilih berpetualang mencari dukungan di luar PDI Perjuangan, tentu akan menjadi kerugian besar bagi PDI Perjuangan juga. PDI Perjuangan akan kehilangan satu sosok capres potensial, yang merintis karier dari nol di PDI Perjuangan.

Selain itu, efek yang ditimbulkan juga bukan tidak mungkin akan merugikan bagi PDI Perjuangan. Karena bisa saja, publik Indonesia yang mudah bersimpati akan memberikan dukungan pada Ganjar. Hal ini pernah dialami oleh PDI Perjuangan pada Pemilu 2004, di mana akhirnya Megawati kalah dari SBY di pilpres.

Skenario lain yang mungkin terjadi adalah parpol-parpol yang nantinya berkoalisi dengan PDI Perjuangan mendorong agar Ganjar diberikan tiket, entah itu sebagai capres atau cawapres. Jika melihat kemesraan PDI Perjuangan dengan Gerindra beberapa tahun terakhir, rasanya kemungkinan Ganjar menjadi cawapres lebih besar peluangnya. Pasangan Prabowo dan Ganjar, jika akhirnya terwujud, tentu bakal menjadi pasangan kuat di pilpres. Seperti disampaikan sebelumnya, sebab kedua pasangan ini punya elektabilitas yang kuat, dukungan dari dua parpol besar dan basis pendukung di akar rumput yang cukup kuat. Bagi PDI Perjuangan pun sepertinya tidak rugi jika Ganjar menjadi cawapres. Sebab, dengan begitu, PDI Perjuangan bisa merawat 'kekuasaan' di pusat pemerintahan lebih lama dan semakin bangga bisa mengeklaim kaderisasi di partai itu berjalan dengan sangat baik.

Di luar Gerindra, parpol lain yang kemungkinan akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan rasanya juga cukup bisa menerima Ganjar. Karena mereka akan berhitung jika berkoalisi untuk meraih kemenangan, tentu harus sosok kuat yang calonkan. Jadi, sah rasanya jika nama Ganjar dikategorikan sebagai 'hot item' yang akan mencuri perhatian jelang pelaksanaan pilpres. Apakah nantinya PDIP bergeming tidak menganggap Ganjar dan lebih memilih kader lain? Atau Ganjar yang pada akhirnya berani lompat ke perahu lain? Menarik untuk ditunggu. Semuanya akan ditentukan oleh restu Megawati Soekarnoputri dan keikhlasan Ganjar Pranowo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement