Selasa 02 Nov 2021 18:51 WIB

Gelar Temu Responden, BI Solo Hadirkan Reynald Kasali

Hari ini manusia harus memimpin dalam tiga area sekaligus.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Guru Besar bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali, saat menjadi narasumber Temu Responden Bank Indonesia Solo tahun 2021 secara luring dan daring, Selasa (2/11).
Foto: dok BI Solo
Guru Besar bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali, saat menjadi narasumber Temu Responden Bank Indonesia Solo tahun 2021 secara luring dan daring, Selasa (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Bank Indonesia (BI) Solo menggelar acara Temu Responden tahun 2021 secara luring dan daring di Hotel Best Western Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (2/11).

Acara tersebut menghadirkan Guru Besar bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali sebagai narasumber.

Rhenald Kasali menyampaikan materi tentang kepemimpinan di era disruptif, membangun dan memperkuat ketahanan organisasi di tengah pandemi Covid-19.

Pendiri Rumah Perubahan tersebut mengatakan, hari ini manusia harus memimpin dalam tiga area sekaligus, yakni masa lalu, hari ini, dan masa depan. Yang terjadi hari ini, anak-anak muda membawa masa depan ke hari ini. Anak-anak muda mengelola perusahaan menggunakan ekosistem.

"Celakalah kita yang beranggapan baru sekolah kalau mengambil perguruan tinggi. Perguruan tinggi itu bagus untuk mendapatkan struktur berpikir, bekerja sistematis, mendapatkan intelektual. Tapi untuk mendapatkan pemahaman baru diperlukan sikap-sikap eksploratif, artinya mencari hal-hal baru terus-menerus dan itu semua adanya di digital community," jelasnya.

Rhenald menyebutkan, ada 10 ledakan ekonomi dan kehidupan, yakni ledakan kreativitas, ledakan home sweet home, ledakan wisata luar ruang, ledakan konten, ledakan kolaborasi, ledakan kecerdasan, ledakan kehidupan artifisial, dan ledakan useless generation.

"Hati-hari, akan terjadi pengangguran besar di kalangan kaum muda. McKinsey mengatakan akan ada 19 juta lapangan pekerjaan yang hilang karena otomatisasi, tapi akan ada 23 sampai 45 juta lapangan pekerjaan baru. Masalahnya, menurut saya tidak serta merta 19 juta yang hilang itu akan bisa tertampung dalam 23 juta lapangan pekerjaan baru," paparnya.

Selanjutnya, ledakan kehidupan nondegree, serta ledakan open science dimana orang lebih mudah melakukan publikasi.

Dengan adanya ledakan-ledakan itu, maka ada delapan hal yang harus dilakukan agar bisa bertahan. Kedelapan hal itu yakni, tidak boleh menyerah, temukan kembali pasar baru, perbaiki model bisnis, perbaiki yang ada, eksplorasi dan temukan lagi, kolaborasi mencari mitra, cara pandang fleksibel, serta menggunakan teknologi.

Rhenald juga menyebutkan 10 keterampilan abadi yang harus dimiliki setiap orang. Sepuluh keterampilan itu yakni, paham dan baca situasi, bersyukur dan berempati, membentuk integritas dan reputasi, melayani sebaik-baiknya, mendengarkan dan public speaking, bisa menggerakkan orang lain, menguji kebenaran, punya daya tahan, manajemen waktu, serta mengatur ritme tidur.

Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan, dalam penyusunan kebijakan Bank Indonesia tidak dilakukan secara serampangan. Perlu takaran yang pas supaya dampaknya terhadap ekonomi juga pas.

"Di sinilah BI perlu masukan informasi yang akurat, up to date, dari para pelaku usaha, baik korporasi maupun ritel sebagai bahan untuk mengukur dosis yang tepat," kata Nugroho.

Dia mencontohkan, ketika awal pandemi Covid-19, masukan dari perbankan masalah yang timbul terkait likuiditas. Maka saat itu dilakukan pelonggaran likuiditas. Kemudian, solusi masalah kredit perbankan, maka Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan restrukturisasi kredit.

"Suku bunga diturunkan, nilai tukar distabilisasi dengan harapan bisnisnya segera tumbuh. Itu semua berkat masukan para pelaku usaha, dari data BPS (Badan Pusat Statistik), dilengkapi data survei-survei, semua kami manfaatkan," ucapnya.

Selain itu, BI juga mengeluarkan kebijakan makroprudensial, seperti uang muka (down payment/DP) nol persen untuk kredit/pembiayaan kendaraan bermotor maupun rumah. Kebijakan lainnya terkait digitalisasi berupa pembayaran nontunai untuk mendorong peningkatan transaksi pelaku usaha di tengah pandemi Covid-19.

"Ke depan, kami berharap kerja sama dan masukan para pelaku usaha untuk mengisi survei sehingga tataran kebijakan kami lebih pas untuk memulihkan mengakselerasi dan menjaga ekonomi," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement