Selasa 02 Nov 2021 15:19 WIB

Hakim AS Tolak Dakwaan Pencucian Uang Alex Saab

Saab merupakan pengusaha kelahiran Kolombia dan negosiator pemerintahan Maduro.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Palu Hakim di persidangan (ilustrasi)
Palu Hakim di persidangan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Hakim Amerika Serikat (AS) di Florida menolak dakwaan pencucian uang terhadap sekutu Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Alex Saab. Putusan ini diambil Hakim Distrik AS Robert Scola.

Namun, berdasarkan dokumen pengadilan Saab tetap didakwa atas konspirasi untuk melakukan pencucian uang. Dengan dakwaan yang tersisa Saab masih menghadapi ancaman 20 tahun penjara.

Baca Juga

Jaksa mengatakan Saab, pengusaha kelahiran Kolombia dan negosiator pemerintahan Maduro menyedot sekitar 350 juta dolar AS dari Venezuela melalui AS. Aksi itu sebagai bagian skema penyuapan terkait nilai tukar Venezuela yang dikendalikan pemerintah.

Pekan lalu salah satu pengacaranya, Henry Bell mengatakan kliennya mengaku tidak bersalah atas dakwaan yang awalnya dijadwalkan Senin (2/11) ini tapi kemudian ditunda hingga 15 November mendatang. Bell menolak memberikan komentar mengenai putusan terbaru.

Sekutu-sekutu Maduro mengatakan gugatan hukum AS pada Saab bagian dari 'perang ekonomi' yang dilancarkan pemerintah Amerika terhadap Venezuela. Kasus ini semakin memperburuk hubungan Washington dan Caracas.

Sejak musim panas 2020 lalu Cape Verde menahan Saab dengan surat penahanan AS. Bulan lalu negara itu mengekstradisinya ke Amerika.

Dalam dokumen pengadilan Senin, jaksa AS meminta tujuh dari delapan dakwaan yang diajukan Juli 2019 dibatalkan untuk memenuhi jaminan yang disepakati dengan pemerintah Cape Verde dalam upaya mengekstradisi Saab.

Jaksa mengatakan, pemerintah berjanji pada Cape Verde, Saab hanya akan didakwa dengan satu dakwaan. Hal itu agar sesuai dengan undang-undang negara kepulauan tersebut mengenai hukuman penjara maksimal.

Tiga orang mantan jaksa federal mengatakan, penolakan ini tidak memberikan komplikasi besar pada kasus tersebut. Meski satu orang mengatakan hal ini merupakan sebuah kemunduran.

"Dokumen ini menunjukkan kini AS telah kehilangan sejumlah pengaruh hukum," kata mantan jaksa Mark Bini.

Namun mantan jaksa lainnya, Benton Curtis mengatakan menurunkan vonis hukuman tidak akan berdampak pada kolaborasi Saab. "Dua puluh tahun tetap dua puluh tahun, itu berpotensi penahanan yang signifikan, ketika anda mencapai potensi penahanan level (tinggi), kerja sama akan semakin kurang menarik bagi terdakwa," kata Curtis.

Oposisi Venezuela berharap Saab akan memberitahu penegak hukum AS apa yang ia tahu mengenai aktivitas kriminal yang dilakukan pejabat Venezuela. Termasuk skema pemerintah untuk menghindari sanksi-sanksi AS yang bertujuan menggulingkan Maduro.

Washington menuduh Maduro sebagai diktator korup dan bertanggung jawab atas ambruk perekonomian kaya minyak tersebut. Setelah Saab ditangkap pemerintah Venezuela mengatakan, Saab meminta kewarganegaraan Venezuela dan ditetapkan sebagai diplomat untuk menegosiasikan pengiriman bahan bakar dan bantuan kemanusiaan dari Iran.

Sebagai respons ekstradisi bulan lalu pemerintah Venezuela menghentikan perundingan dengan oposisi. Oposisi yang didukung AS mendesak pemerintah Maduro kembali meja negosiasi.

Oposisi mengatakan Saab menjadi kaya karena kesepakatan-kesepakatan yang ia buat dengan pemerintah Venezuela serta tidak melakukan apa pun untuk meringankan penderitaan rakyat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement