Selasa 02 Nov 2021 10:49 WIB

Aksi Korporasi demi Turunkan Emisi Karbon

Kontribusi terbesar emisi karbon berasal dari transportasi dan pembangkit listrik.

Rep: Novita Intan/Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Para pemimpin dunia melakukan foto bersama yang menandai dibukanya Konferensi Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11).
Foto: AP Photo/Alberto Pezzali, Pool
Para pemimpin dunia melakukan foto bersama yang menandai dibukanya Konferensi Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Novita Intan, Intan Pratiwi

JAKARTA -- Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (KTT PBB) terkait perubahan iklim edisi ke-26 (COP26) dinilai dapat menjadi momentum Indonesia sebagai negara tujuan investasi hijau (green investment). Hal ini mengingat Indonesia memiliki potensi besar untuk menurunkan emisi dari sektor kehutanan serta sektor energi dan transportasi sebesar 650 Mton CO2e dan 398 Mton CO2e, jika dibantu oleh pendanaan internasional.

Baca Juga

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin mengatakan, pihaknya mengajak seluruh pihak agar berinvestasi ketahanan dalam perubahan iklim seperti perlindungan diri.

“Masyarakat bisa mengambil langkah proaktif untuk meminimalkan dampak perubahan iklim,” ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Selasa (2/11).

Menurut dia, investasi swasta juga sangat dibutuhkan karena dana publik saja tidak akan cukup untuk dapat mencapai target nol emisi seperti yang diharapkan sehingga kerja sama seluruh pihak sangat penting.

“Perubahan iklim sangat berdampak kepada seluruh masyarakat dunia, sehingga perlu dilakukan transisi menuju ekonomi rendah karbon. Namun pada prinsipnya transisi yang dilakukan haruslah transisi yang tepat dan terjangkau,” katanya.

photo
PLTU Suralaya - (dok. PLN)

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) punya enam agenda untuk menurunkan emisi karbon dunia. Di Indonesia, kontribusi terbesar emisi karbon berasal dari transportasi dan pembangkit listrik.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam paparannya menjelaskan, PLN berperan aktif dalam mengurangi emisi karbon dalam core bisnisnya. Pertama, secara bertahap PLN akan memensiunkan PLTU hingga 2060.

"PLN akan mempensiunkan PLTU sub-critical sebesar 10 gigawatt (GW) pada tahun 2035. Kemudian PLTU super critical sebesar 10 GW juga akan dipensiunkan pada tahun 2045. Tahap terakhir pada tahun 2055, PLTU ultra super critical 55 GW dipensiunkan," ujar Zulkifli dalam Indonesian Pavillion pada COP 26 di Glasgow, Senin (1/11) waktu setempat.

PLN akan berinvestasi besar-besaran untuk mempercepat peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 20,9 GW, serta pengembangan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen. Program lain yang disiapkan PLN untuk mendukung transisi energi yaitu ekspansi gas, program co-firing, Konversi PLTD ke EBT, hingga peningkatan efisiensi energi dan pengurangan susut jaringan.

"Pada 2060, lebih dari setengah pembangkit kami akan berasal dari energi baru terbarukan dan seluruh PLTU telah dipensiunkan," ujar Zulkifli.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement