Selasa 02 Nov 2021 04:00 WIB

Kontrak Jual Beli Pelet TOSS PLTU Ropa Diteken

Substitusi energi merupakan upaya yang mudah, cepat dan murah.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Pelet biomassa (ilustrasi). PLTU Ropa, NTT, akan menggunakan pelet biomassa TOSS.
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Pelet biomassa (ilustrasi). PLTU Ropa, NTT, akan menggunakan pelet biomassa TOSS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengapresiasi Penandatanganan Kontrak Jual-Beli Bahan Bakar Pelet Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) untuk Program Cofiring di PLTU Ropa, pekan lalu, yang berlansung secara hibrid di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kegiatan ini merupakan salah bentuk dukungan nyata terhadap transisi energi di Indonesia.

Penandatanganan kontrak dilakukan oleh PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Flores dengan Konsorsium Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Binaan Pemerintah Kabupaten Ende bernama Koperasi Energi Baru Pancasila. Kegiatan ini menjadi capaian penting pengembangan biomassa pada PLTU Ropa dengan memanfaatkan pelet TOSS dari material sampah biomassa di Kabupaten Ende yang diproduksi oleh masyarakat Ende sendiri.

Baca Juga

"Kami sangat mengapresiasi upaya mendukung transisi energi melalui penyediaan energi yang berbasis energi terbarukan. Terlebih ini menggunakan biomasa baik yang berbasis sampah, limbah maupun biomasa yang berasal dari tanaman energi," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mewakili Menteri ESDM, dalam sambutannya secara virtual.

Tutuka mengatakan, upaya //cofiring ini tentunya akan berdampak positif dalam pencapaian kontribusi EBT. Dalam Kebijakan Energi Nasional telah ditetapkan target pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama untuk bisa merealisasikannya. "PR kita untuk mencapai target tersebut masih cukup besar dan diperlukan berbagai terobosan dan inovasi untuk akselerasinya," imbuh dia.

Menurut dia, substitusi energi merupakan upaya yang mudah, cepat dan murah. Apalagi di masa pandemi Covid-19, di mana demand penggunaan energi turun dan ketersediaan dana untuk investasi juga terbatas, maka upaya substitusi energi untuk jangka pendek dan menengah menjadi pilihan yang cerdas untuk mendorong EBT tanpa membebani PLN dan juga Pemerintah dengan subsidi.

Cofiring biomassa pada PLTU bukanlah hal baru. Banyak negara-negara di luar yang sudah berhasil menghijaukan PLTU dengan program //cofiring biomasa, bahkan hingga 100 persen PLTU digantikan dengan biomassa. Ke depan, Indonesia juga akan berupaya untuk bisa mengurangi PLTU-PLTU Eksisting untuk digantikan dengan pembangkit-pembangkit yang lebih bersih.

"PT PLN dan Pemerintah Daerah diharapkan juga memiliki semangat dan komitmen yang kuat untuk bisa menyediakan energi untuk negeri dengan energi yang lebih ramah lingkungan," ungkap Tutuka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement