Senin 01 Nov 2021 23:45 WIB

Kantongi Komitmen PMN, Proyek Kereta Cepat Tancap Gas

KCIC menyebut progres pembangunan telah mencapai lebih dari 79 persen.

Rep: Intan Pratiwi / Red: Satria K Yudha
Sejumlah pekerja menyelesaikan lintasan pada proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung di Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (11/10/2021). PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menjadi pemimpin konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung setelah disahkannya aturan baru Peraturan Presiden (Perpres) No.93/2021.
Foto: ANTARA / Fakhri Hermansyah
Sejumlah pekerja menyelesaikan lintasan pada proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung di Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (11/10/2021). PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menjadi pemimpin konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung setelah disahkannya aturan baru Peraturan Presiden (Perpres) No.93/2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) langsung tancap gas setelah mendapatkan persetujuan dari pemerintah terkait dengan penyertaan modal negara (PMN).  Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, progres pembangunan proyek KCJB saat ini mencapai lebih dari 79 persen. 

“Bahkan saat ini, rangkaian kereta atau electric multiple unit (EMU) untuk proyek tersebut sudah memasuki tahap produksi di pabrik China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Sifang di Qingdao, China, dengan sistem manajemen mutu terstandarisasi internasional ISO 9001,” kata Slamet dalam keterangan tertulis, Senin (1/11). 

Dwiyana mengatakan, masuknya investasi pemerintah melalui PMN kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pemimpin konsorsium, bakal mengakselerasi pengerjaan proyek. Menurut dia, pekerjaan proyek sempat tersendat akibat terdampak pandemi Covid-19. 

Terkait struktur pembiayaan KCJB, Dwiyana menjelaskan bahwa sebanyak 75 persen dari nilai proyek dibiayai oleh China Development Bank (CDB) dan 25 persen dibiayai dari ekuitas konsorsium.  Dari 25 persen ekuitas, sebesar 60 persen berasal dari konsorsium Indonesia karena menjadi pemegang saham mayoritas. 

Dengan demikian, kata dia, pendanaan dari konsorsium Indonesia sekitar 15 persen dari total nilai proyek. Sedangkan sisanya sebesar 85 persen dibiayai dari ekuitas dan pinjaman pihak China, tanpa adanya jaminan dari Pemerintah Indonesia.

Kereta cepat Jakarta-Bandung masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan dibangun melalui kerja sama Indonesia dan China. Pengerjaan proyek KCJB disebut menggunakan teknologi tinggi, sehingga bisa menjadi suatu lompatan yang baik bagi Indonesia. Terlebih, kedua negara juga telah melakukan transfer knowledge, sehingga para pekerja di Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement