Senin 01 Nov 2021 17:15 WIB

Nelayan Siap Penuhi Kebutuhan Ekspor Kerapu

Sepanjang 2021, nelayan binaan Pupuk Kaltim telah memanen lima ton kerapu.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menunjukkan ikan kerapu (Epinephelus).
Foto: ANTARA/Rahmad
Pekerja menunjukkan ikan kerapu (Epinephelus).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koperasi Nelayan Bontang Ekonomi Pariwisata dan Maritim (Kopnel BEM) binaan PT Pupuk Kalimantan Timur atau PKT menunjukkan peningkatan produktivitas hasil perikanan laut melalui program Keramba Jaring Apung (KJA). Sebanyak 1 ton Kerapu berbagai jenis hasil budidaya Kopnel BEM, penuhi permintaan konsumen untuk kebutuhan ekspor dari Indonesia Timur. 

Ketua Kopnel BEM Mukhtar mengungkapkan permintaan kerapu datang dari pengusaha asal Berau Kalimantan Timur melihat tingginya produktivitas budidaya KJA dengan hasil yang bisa bersaing. Permintaan terdiri dari kima jenis Kerapu, yakni Kerapu Macan, Kerapu Tikus, Kerapu Lumpur, Kerapu Sunu dan Kerapu Cantik. 

"Totalnya ada 1.248 ekor Kerapu dengan berat berkisar lebih dari 1 ton," ujar Mukhtar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (1/11).

Selain bobot dan kapasitas yang mampu dipenuhi, Kopnel BEM turut memberi jaminan komoditas dengan kelengkapan Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI) serta melalui pemeriksaan komoditi hasil perikanan oleh instansi terkait. Begitu juga untuk kelayakan, dilengkapi dengan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Mutu Hasil Perikanan Domestik yang dikeluarkan Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu. 

"Kita memberikan surat jalan serta pemeriksaan lengkap sehingga keamanan maupun kesehatan ikan dipastikan terjamin," tambah Mukhtar. 

Penjualan skala besar sudah kesekian kali dilakukan Kopnel BEM untuk komoditas Kerapu maupun Lobster, di samping pengembangan usaha rumah makan terapung di area KJA. Bahkan, ungkap Mukhtar, dalam tiga tahun terakhir, produktivitas Kerapu Kopnel BEM mencapai 36 ton, atau 1 ton sampai 2 ton untuk 1 kali panen. 

Mukhtar menilai pencapaian ini berkat pembinaan dari PKT dengan berbagai pengembangan potensi dan perluasan budidaya, yang kini telah direplikasi ke berbagai wilayah pesisir, seperti Bontang Kuala dan Pulau Gusung. 

"Hasilnya juga sangat dirasakan para nelayan, baik tingkat kesejahteraan maupun produktivitas melaut. Sejak Kopnel BEM dibentuk, makin banyak nelayan yang bergabung menjadi binaan PKT," kata Mukhtar. 

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi optimistis pengembangan program Creating Shared Value (CSV) di sektor budidaya perikanan laut mampu tercapai secara optimal melihat produktivitas Kopnel BEM yang berhasil meningkatkan pemasaran dalam memenuhi permintaan berbagai pihak. 

"Tercatat, sepanjang 2021 hasil panen kerapu Kopnel BEM mencapai lebih dari lima ton ditambah 500 kg Lobster siap konsumsi," ucap Rahmad. 

Rahmad menilai keberhasilan ini bagian dari target pembinaan PKT dengan memberi nilai tambah bagi nelayan untuk pengembangan usaha dan kapasitas secara berkesinambungan.

Menurut Rahmad, program ini juga merupakan bagian dari komitmen PKT terhadap lingkungan dan ekosistem perairan, melalui peningkatan produktivitas nelayan di tengah potensi perikanan Indonesia yang terbilang besar. 

"Hal ini diharap akan mendorong terciptanya kemandirian nelayan Bontang, sehingga saat PKT tidak lagi melakukan pendampingan, nelayan binaan mampu terus tumbuh dan berkembang dari usaha yang dijalani," ungkap Rahmad. 

Rahmad menyampaikan program CSV KJA telah berjalan sejak 2016 dengan total nelayan binaan yang tergabung di Kopnel BEM sebanyak 88 orang. Menurut Rahmad, pembinaan tak hanya berupa pendampingan budidaya perikanan saja, tapi juga penguatan kelembagaan dan kapasitas kelompok, sertifikasi nelayan, hingga manajemen pemasaran yang sebelumnya menjadi kendala utama sektor budidaya di Kota Bontang.

Selain itu, PKT juga membantu pembangunan kantor Kopnel BEM agar sektor usaha dapat dikelola dengan lebih baik dan profesional, sehingga membuka peluang lebih luas untuk pengembangan usaha, yang dibarengi dengan peningkatan pemberdayaan masyarakat. 

"Semoga panen Kerapu dan Lobster Kopnel BEM terus meningkat ke depannya, termasuk produktivitas dan kesejahteraan nelayan yang jauh lebih signifikan," kata Rahmad menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement