Senin 01 Nov 2021 11:26 WIB

Cuaca Ekstrem dan Gelombang Panas Jadi Normal Baru

Perubahan iklim membuat bumi lebih sering dilanda cuaca ekstrem dan gelombang panas

Rep: Idealisa Masyrafina/Kamran Dikarma/Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Orang-orang berjalan di jalan yang banjir setelah hujan deras yang melanda kota Zhengzhou di provinsi Henan, China tengah, Selasa, 20 Juli 2021. Perubahan iklim membuat bumi lebih sering dilanda cuaca ekstrem dan gelombang panas.
Foto: EPA-EFE/FEATURECHINA CHINA OUT
Orang-orang berjalan di jalan yang banjir setelah hujan deras yang melanda kota Zhengzhou di provinsi Henan, China tengah, Selasa, 20 Juli 2021. Perubahan iklim membuat bumi lebih sering dilanda cuaca ekstrem dan gelombang panas.

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan peristiwa cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas yang kuat dan banjir yang menghancurkan, sekarang menjadi normal baru. Laporan Keadaan Iklim untuk tahun 2021 menyoroti dunia yang berubah di depan mata kita.

Suhu rata-rata 20 tahun dari tahun 2002 berada di jalur untuk melebihi 1 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri untuk pertama kalinya. Permukaan laut global naik ke ketinggian baru pada tahun 2021, menurut penelitian tersebut dilansir BBC, Senin (1/11).

Baca Juga

Angka-angka terbaru untuk tahun 2021 ini dirilis lebih awal oleh WMO bertepatan dengan dimulainya konferensi iklim PBB di Glasgow yang dikenal sebagai COP26. Laporan Keadaan Iklim memberikan gambaran tentang indikator iklim termasuk suhu, peristiwa cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan kondisi laut.

Studi ini menemukan tujuh tahun terakhir termasuk tahun ini kemungkinan akan menjadi rekor terpanas karena gas rumah kaca mencapai rekor konsentrasi di atmosfer. Kenaikan suhu yang menyertainya mendorong planet ini ke wilayah yang belum dipetakan, kata laporan itu, dengan peningkatan dampak di seluruh planet.

"Peristiwa ekstrem adalah normal baru. Ada banyak bukti ilmiah bahwa beberapa di antaranya menanggung jejak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia," kata Profesor Petteri Taalas dari WMO.

Taalas merinci beberapa kejadian ekstrem yang pernah dialami di seluruh dunia tahun ini:

- Hujan, bukannya salju, untuk pertama kalinya tercatat di puncak lapisan es Greenland.

- Gelombang panas di Kanada dan bagian yang berdekatan di AS mendorong suhu hingga hampir 50 derajat Celcius di sebuah desa di British Columbia.

- Death Valley, Kalifornia mencapai 54,4 derajat Celcius selama salah satu dari beberapa gelombang panas di barat daya AS.

- Curah hujan yang volumenya setara curah hujan selama berbulan-bulan turun dalam hitungan jam di China.

- Beberapa bagian Eropa mengalami banjir parah. yang menyebabkan puluhan korban dan miliaran kerugian ekonomi.

- Tahun kedua berturut-turut kekeringan di sub-tropis Amerika Selatan mengurangi aliran sungai dan memukul pertanian, transportasi, dan produksi energi.

- Perkembangan lain yang mengkhawatirkan, menurut studi WMO, adalah kenaikan permukaan laut global.

Sejak pertama kali diukur dengan sistem berbasis satelit yang tepat pada awal 1990-an, permukaan laut naik 2,1 mm per tahun antara 1993 dan 2002. Namun dari tahun 2013 hingga 2021 kenaikannya meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 4,4 mm, sebagian besar sebagai akibat dari hilangnya es yang dipercepat dari gletser dan lapisan es.

"Permukaan laut naik lebih cepat sekarang daripada waktu lain dalam dua milenium terakhir," kata Profesor Jonathan Bomber, Direktur Pusat Glasiologi Bristol.

"Jika kita melanjutkan lintasan kita saat ini, kenaikan itu bisa melebihi 2 m pada tahun 2100 menggusur sekitar 630 juta orang di seluruh dunia. Konsekuensinya tidak terbayangkan,"jelasnya.

Dalam hal suhu, 2021 kemungkinan akan menjadi rekor terpanas keenam atau ketujuh. Itu karena bulan-bulan awal tahun ini dipengaruhi oleh peristiwa La Niña, fenomena cuaca alami yang cenderung mendinginkan suhu global.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement