Ahad 31 Oct 2021 23:02 WIB

Arab Saudi: Lebanon Butuh Reformasi Komprehensif

Arab Saudi tidak akan intervensi apapun di Lebanon

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Arab Saudi tidak akan intervensi apapun di Lebanon. Bendera Arab Saudi
Foto: AP/Amr Nabil
Arab Saudi tidak akan intervensi apapun di Lebanon. Bendera Arab Saudi

IHRAM.CO.ID, RIYADH – Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, tidak ada krisis antara negaranya dan Lebanon. Menurut dia, krisis justru terjadi di Lebanon karena hegemoni proksi Iran.  

“Lebanon membutuhkan reformasi komprehensif yang mengembalikan kedaulatan, kekuatan, dan posisinya di dunia Arab.  Dominasi Hizbullah terhadap sistem politik di Lebanon membuat kami khawatir dan membuat urusan dengan Lebanon menjadi tidak berguna,” kata Pangeran Faisal saat diwawancara Al Arabiya, Sabtu (30/10). 

Baca Juga

Dia menekankan, Arab Saudi tidak melakukan intervensi apa pun di Lebanon. Riyadh pun tak mendikte tentang apa yang seharusnya dilakukan negara tersebut.   

Pangeran Faisal, mengatakan Arab Saudi akan mendukung setiap upaya menuju reformasi komprehensif yang akan mengembalikan posisi Lebanon di dunia Arab. Saudi pun siap menjalin dengan mitra internasionalnya mengenai masalah Lebanon. 

 

Arab Saudi dan beberapa negara Teluk telah mengusir duta besar Lebanon untuk mereka. Pengusiran dilakukan setelah Menteri Informasi Lebanon George Kordahi membuat komentar tentang intervensi militer Arab Saudi di Yaman.  

Konflik di Yaman telah berlangsung selama tujuh tahun. Krisis di sana memburuk sejak koalisi pimpinan Arab Saudi melakukan operasi militer untuk mendukung pasukan pemerintah melawan kelompok pemberontak Houthi pada 2015. Houthi menguasai beberapa provinsi, termasuk ibu kota, Sanaa.

Arab Saudi memang memiliki kekhawatiran terhadap Houthi. Riyadh memandang kelompok tersebut sebagai ancaman terhadap keamanannya. Selama ini Houthi dilaporkan memperoleh dukungan dari Iran. 

Menurut PBB, konflik Yaman telah merenggut 223 ribu nyawa. Dari 30 juta penduduknya, 80 persen di antaranya kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. PBB telah menyatakan bahwa krisis Yaman merupakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement