Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhtar Lintang

KETIKA MAGHRIB MEMANGGIL

Curhat | Saturday, 30 Oct 2021, 19:47 WIB

Maghrib...., sepenggal masa, waktu dan kesempatan di ujung hari. Tidak semua orang menyebutnya maghrib, ada sebagian yang menamakan saat itu sebagai senja. Banyak yang melukiskannya sebagai momen indah karena memang rupa senja yang benar-benar menawan. Merah jingga dengan sentuhan siluet mega dengan warna berbeda tipis maupun tajam, dipadu dengan penampakan gunung yang kontras rupa, semakin membuat indah senja. Banyak makhluk yang tertarik akan senja yang indah itu......, penyair mencoba untuk mengganti keindahanya dengan kata, tukang poto tak ingin kehilangan rupa menawannya dengan "mengabadikannya" dalam gambar digital, pun pelukis ingin menyatakan kekagumannya pada lembar kain gambarnya. Tak mau ketinggalan dan kehilangan momen, mahluk malampun tampak ceria menyambut kehadiran saat terbaik untuk menjemput rezekinya. Semoga mereka mendapatkannya yang halalan toyyiban. Pendek kata.....indah, tak menyiratkan suasana takut, bahkan dinanti kehadirannya bagi yang mendamba kemolekan alam. Pun bagi penjemput rezki, senja merupakan saat awal yang penuh harapan akan limpahan nikmat dari Rabbal'aalamiin.

Sepotong waktu yang luar biasa. Sepenggal hari pemilik daya tarik sangat mengherankan. Betapa tidak mengherankan, saat maghrib inilah yang melahirkan kata "sunset" yang fenomenal, diinginkan sangat banyak orang, yang kemudian berbondong berburu penampakannya.

Seseorang setengah umur.....sebutan untuk orang dewasa menjelang pensiun, menjelang benar-benar tua. Saat yang bagi beberapa orang cukup menakutkan. Saat itu beberapa hal telah akan mulai dikurangi, bahkan dihilangkan. Kemampuan mengingatnya hingga sering dipanggil pelupa bahkan pikun. Kemampuan mengunyahnya hingga harus berkali kali ke dokter gigi demi gigi palsunya, dan banyak lagi kemampuannya yang dikurangi atau bahkan hilang tak berbekas. Dia termenung "tampak gelisah", risau hari-hari ke depan akan menjadi sosok yang lemah dan semakin terlihat lemah lalu dipandang tak berdaya. Bayangan itu tercetak jelas di ufuk cakrawala hidupnya mempengaruhi pikirannya. Kesuraman terbayang menyongsong seolah mengatakan,"selamat datang". Sederet daftar kesuraman dan kesulitan diciptakan sendiri di alam pikirannya yang dirangkai menjadi cerita sedih dan horor, berlawanan dengan watak indah senja hari yang sebenarnya.

Padahal secara "matematika perjalanan hidup awam" dia sebenarnya orang yang beruntung, orang istimewa yang terpilih untuk bisa menikmati senja kehidupannya, karena tidak setiap jiwa berkesempatan menempuhnya, apalagi menikmatinya.

Panggilan sang waktu pasti menggema dan menuntun perjalanan ke ujung pemberhentian. Bila kesempatan masih diberikan....., mau nggak mau, suka nggak suka pasti harus tetap melintas. Kesempatan melitasi waktu senja kehidupan hanya sekali, tak kan ada senja kehidupan dua kali. Saat senja kehidupan takkan berulang, tak mungkin diputar ulang untuk alasan revisi, perbaikan atau remedial.

Sungguh tak bermanfaat bila saat melintasi saat itu menggoreskan kisah pesimisme. Pun amatlah rugi bila saat itu dilalui dengan coretan kisah tak bermakna, karena apapun catatan yang tercetak pada lembaran hidup saat itu akan tembus hingga langit lapis tertinggi dan tersimpan rapat sebelum naik ke meja penimbangan. Hanya goresan dan warna molek yang akan mengisi papan timbangan sisi kanan untuk meretas dan membuka lebar jalan ke surgaNYA. Jauhi "theklek kayune tangkil wong wis tuwek saya methakil" .....semakin tua semakin berulah.

Adzan maghrib dari masjid mulai bersautan, benar-benar memanggil jiwa yang lembut untuk menghadap Sang Maha lembut.....untuk meraih kasih sayangNYA.

Ada bisikan dari sisi jiwa yang paling dalam......,"langkahkan kakimu dan hatimu menuju kemenangan....., langkahmu menuju panggilan itu benar benar akan mempercantik saat saat akhir waktumu......seperti indahnya serta kemilaunya senja maghrib".

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image