Sabtu 30 Oct 2021 15:36 WIB

Imbas Pandemi, Proyek Shinkansen India Tertunda 5 Tahun

Proyek Shinkansen India awalnya direncanakan selesai Desember 2023

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Progres pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) kini sudah mencapai 79 persen (ilustrasi). Proyek kereta cepat pertama India kemungkinan akan tertunda hingga lima tahun karena pandemi Covid-19. Tadinya, shinkansen India ini yang memiliki rute Mumbai-Ahmedabad direncanakan selesai pada Desember 2023. Namun, karena penundaan, proyek baru dapat selesai tuntas pada Oktobet 2028.
Foto: istimewa
Progres pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) kini sudah mencapai 79 persen (ilustrasi). Proyek kereta cepat pertama India kemungkinan akan tertunda hingga lima tahun karena pandemi Covid-19. Tadinya, shinkansen India ini yang memiliki rute Mumbai-Ahmedabad direncanakan selesai pada Desember 2023. Namun, karena penundaan, proyek baru dapat selesai tuntas pada Oktobet 2028.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Proyek kereta cepat pertama India kemungkinan akan tertunda hingga lima tahun karena pandemi Covid-19. Tadinya, shinkansen India ini yang memiliki rute Mumbai-Ahmedabad direncanakan selesai pada Desember 2023. Namun, karena penundaan, proyek baru dapat selesai tuntas pada Oktobet 2028.

Selain penundaan pekerjaan, pandemi juga menyebabkan penundaan pembebasan lahan. Saat ini tengah berlangsung pembicaraan dengan tim Jepang yang bekerja sama mengerjakan proyek. Mereka telah mengurus batas waktu resmi proyek.

Menurut laporan, National High-Speed Rail Corporation (NHSRCL) telah mendapatkan 63 persen lahan untuk proyek tersebut. Sekitar 77 persen lahan di Gujarat, 80 persen di Dadar Nagar Haveli, dan 22 persen di Maharashtra. Namun, masih ada masalah dalam memperoleh lahan di daerah lain, seperti Palghar di Maharashtra dan Navsari di Gujarat.

“Sulit untuk menilai dampak pandemi pada proyek karena masih berlanjut. Kami tidak dapat mengatakan bagaimana pandemi akan memengaruhi proyek karena saya tidak tahu berapa lama itu akan berlangsung,” kata Direktur Pengatur NHSRCL Achal Khare.

Kontrak pekerjaan sipil untuk pembangunan stasiun, jembatan, jembatan layang, depot pemeliharaan, dan terowongan di seluruh jaringan senilai 20 juta rupee India. Selain itu, pejabat juga mencatat, penyebab lain proyek tertunda karena eskalasi biaya. Ini mengacu pada jatuhnya nilai mata uang rupee terhadap yen Jepang.

Dengan total biaya proyek pada 108 juta rupee India, pemerintah pusat harus membayar 10 juta rupee India ke NHSRCL. Sementara itu, wilayah Gujarat dan Maharashtra harus membayar lima juta rupee India. Sisanya, Jepang akan mendanai melalui pinjaman dengan bunga 0,1 persen.

“Jika pembebasan lahan selesai, NHSRCL tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaan dalam batas waktu yang sudah ditentukan. Selain itu, orang Jepang yang telah diberikan tanah di sini belum dapat memulai pekerjaan mereka yang pasti akan berdampak pada proyek,” kata pejabat.

Sekitar 68 persen atau 345 kilometer dari panjang rute 508 kilometer telah diajukan. Jarak ini termasuk enam stasiun MAHSR dan satu statiun bawah tanah di Mumbai. Pembangunan asrama Institut Pelatihan Kecepatan Tinggi yang saat ini digunakan untuk pasien Covid-19 dan jalur pelatihan di Vadodara juga telah selesai.

Rute sepanjang 508 kilometer akan melewati tiga distrik di Maharashtra yang meliputi Mumbai, Thane, dan Palghar dan delapan distrik di Gujarat, seperti Valsad, Navsari, Surat, Bharuch, Vadodara, Anand, Kheda, dan Ahmedabad.

Seperti halnya India, proyek kereta api cepat adalah bagian dari pembangunan infrastuktur yang diperlukan Indonesia dan memiliki hasil jangka panjang. Seperti pembangunan jalan tol yang awalnya selalu dibilang memberatkan keuangan negara dan tidak bermanfaat tetapi saat ini masyarakat sudah merasakan hasilnya. Dimana memudahkan akses bertransportasi dalam melakukan perjalanan untuk kehidupan sehari-hari.

 

Bahkan sangat dirasakan saat situasi covid prnggunaan tranportasi darat meningkat. Khususnya persaingan dalam pembangunan daya saing industri indonesia dengan dunia, lebih kompetitif karena harga logistik Indonesia bisa ditekan dengan pembangunan infrastuktur. Apalagi diketahui logistik Indonesia biayanya lebih tinggi dari dunia 11 persen

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement