Jumat 29 Oct 2021 05:15 WIB

5 Fikih Darurat yang Pernah Diterapkan di Masa Lampau

Kondisi darurat menyebabkan penyikapan hukum yang sejalan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Kondisi darurat menyebabkan penyikapan hukum yang sejalan. Kolam yang kekeringan di musim kemarau paceklik (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kondisi darurat menyebabkan penyikapan hukum yang sejalan. Kolam yang kekeringan di musim kemarau paceklik (ilustrasi).

permasalahan-permasalahan darurat yang membutuhkan jawaban secara hukum dalam perspektif agama.  

Dalam buku "Fikih Darurat" karya Muhamad Abul Fatah Al Bayanuni terdapat lima hal yang termasuk fikih darurat yang dibolehkan di masa lalu. Fikih darurat tersebut di antaranya:   

Baca Juga

Pertama, pilihan Nabi Yusuf menjadi bendahara kerajaan kafir, Allah menjelaskan dalam firman-Nya, surat Yusuf ayat 54-55,

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي ۖ فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ.قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

 

“Dan raja berkata, "Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku." Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (raja) berkata, "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya."

Dia (Yusuf) berkata, Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”

Kedua, kebijakan khalifah Umar bin Khatab membatalkan eksekusi potong tangan pada masa paceklik.  

Diriwayatkan dari Umar bin Khatab bahwa budak-budak milik Hathib bin Abi Balta'ah menyembelih (mencuri) seekor unta milik seseorang dari kabilah Muzannah. Umar menyuruh menggugurkan hukuman lalu berkata kepada Hathib, "Sungguh aku melihat engkaulah yang membuat mereka kelaparan. Umar membatalkan hukuman potong tangan terhadap mereka lantaran menurut perkiraannya, Hathib sendiri yang menyebabkan mereka kelaparan.” 

Ketiga, kebijakan Khalifah Utsman bin Affan menyatukan mushaf dan membakar semua mushaf lainnya. Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya meriwayatkan dari Anas bin Malik. 

 أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُ أَنَّ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ قَدِمَ عَلَى عُثْمَانَ وَكَانَ يُغَازِي أَهْلَ الشَّأْمِ فِي فَتْحِ إِرْمِينِيَةَ وَأَذْرَبِيجَانَ مَعَ أَهْلِ الْعِرَاقِ فَأَفْزَعَ حُذَيْفَةَ اخْتِلَافُهُمْ فِي الْقِرَاءَةِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ لِعُثْمَانَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَدْرِكْ هَذِهِ الْأُمَّةَ قَبْلَ أَنْ يَخْتَلِفُوا فِي الْكِتَابِ اخْتِلَافَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى فَأَرْسَلَ عُثْمَانُ إِلَى حَفْصَةَ أَنْ أَرْسِلِي إِلَيْنَا بِالصُّحُفِ نَنْسَخُهَا فِي الْمَصَاحِفِ ثُمَّ نَرُدُّهَا إِلَيْكِ فَأَرْسَلَتْ بِهَا حَفْصَةُ إِلَى عُثْمَانَ فَأَمَرَ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ وَسَعِيدَ بْنَ الْعَاصِ وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ فَنَسَخُوهَا فِي الْمَصَاحِفِ وَقَالَ عُثْمَانُ لِلرَّهْطِ الْقُرَشِيِّينَ الثَّلَاثَةِ إِذَا اخْتَلَفْتُمْ أَنْتُمْ وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ فِي شَيْءٍ مِنْ الْقُرْآنِ فَاكْتُبُوهُ بِلِسَانِ قُرَيْشٍ فَإِنَّمَا نَزَلَ بِلِسَانِهِمْ فَفَعَلُوا حَتَّى إِذَا نَسَخُوا الصُّحُفَ فِي الْمَصَاحِفِ رَدَّ عُثْمَانُ الصُّحُفَ إِلَى حَفْصَةَ وَأَرْسَلَ إِلَى كُلِّ أُفُقٍ بِمُصْحَفٍ مِمَّا نَسَخُوا وَأَمَرَ بِمَا سِوَاهُ مِنْ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ صَحِيفَةٍ أَوْ مُصْحَفٍ أَنْ يُحْرَقَ

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement