Kamis 28 Oct 2021 19:11 WIB

Kelangkaan Magnesium Ancam Ganggu Produksi Mobil

Magnesium digunakan dalam produksi komponen yang mengandalkan pasokan dari China.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pekerja India berjalan di antara mobil Ford yang diparkir di pabrik. ilustrasi
Foto: EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Seorang pekerja India berjalan di antara mobil Ford yang diparkir di pabrik. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Saat ini, proses produksi kendaraan masih ternganggu oleh kelangkaan chip. Diperkirakan, dalam beberapa bulan ke depan, akan ada persoalan baru yang berpotensi menghambat proses produksi kendaraan.

Dikutip dari Drive pada Kamis (28/10), persoalan itu disebabkan oleh adanya kelangkaan magnesium. Hal ini otomatis berpotensi berpengaruh negatif terhadap industri kendaraan karena magnesium adalah salah satu logam yang digunakan dalam beberapa komponen mesin mobil.

Baca Juga

Kelangkaan ini sendiri terjadi karena Pemerintah China melakukan pengurangan konsumsi listrik. Hal ini pun berpengaruh terhadap sejumlah industri termasuk produsen magnesium di China.

Kondisi ini pun telah membuat produsen magnesium di China mengalami penurunan produksi sejak September 20210. Padahal, beberapa pabrikan mengandalkan magnesium dari China. 

Dikutip dari Packing Europe, kelangkaan ini membuat harga magnesium meningkat signifikan. Jika biasanya harga magnesium berada pada level 2 ribu dolar AS per metik ton, kini harganya melonjak jadi sekitar 10 ribu hingga 14 ribu dolar AS per metrik ton.

Di Eropa sendiri, stok magnesium hanya mampu memenuhi kebutuhan hingga November 2021. Artinya, jika persoalan ini masih terjadi maka berbagai persoalan produksi akan mulai memberi dampak yang masif.

Apalagi, 95 persen perusahaan di Uni Eropa mengandalkan magnesium dari China. Oleh karena itu, Komisi Uni Eropa diharapkan bisa berkoordinasi dengan pemerintah China untuk menyelesaikan persoalan tersebut.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement