Kamis 28 Oct 2021 13:12 WIB

Mendag: Jakarta Harus Jadi Kiblat Fashion Muslim Dunia

Tercatat, Muslim dunia membelanjakan uangnya 2 triliun dolar AS untuk produk fashion.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah peragawati menampilkan pakaian rancangan produsen Geulis saat peragaan busana Sustainably Modest dalam rangka Muslim Fashion Festival 2021, di Jakarta, Sabtu (27/3). Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menegaskan, Jakarta harus menjadi kiblat bagi industri fashion Muslim dunia.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Sejumlah peragawati menampilkan pakaian rancangan produsen Geulis saat peragaan busana Sustainably Modest dalam rangka Muslim Fashion Festival 2021, di Jakarta, Sabtu (27/3). Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menegaskan, Jakarta harus menjadi kiblat bagi industri fashion Muslim dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menegaskan, Jakarta harus menjadi kiblat bagi industri fashion Muslim dunia. Sebab, industri fashion Muslim di Indonesia menjadi salah satu bidang dari industri produk halal yang paling berkembang saat ini.

Lutfi mengatakan, Indonesia dengan total penduduk 273 juta orang yang mayoritas merupakan umat Islam menjadi potensi besar bagi industri tersebut. Baik sebagai pasar maupun produsen.

"Bukan berarti ini masalah agama Islam atau bukan Islam. Tapi ini gimmick bagi kita untuk bisa jual produk ke mancanegara sehingga bukan hanya jagoan lokal tapi regional," kata Lutfi di Jakarta, Kamis (28/10).

Lutfi mengatakan, fokus pemerintah terhadap industri halal khususnya fashion bukan tanpa sebab. Pasalnya, belanja terhadap produk halal dunia saat ini terus mengalami peningkatan.

Tercatat, warga Muslim dunia membelanjakan uangnya lebih dari 2 triliun dolar AS untuk produk fashion, makanan dan minuman, farmasi dan kosmetik, serta pariwisata. "Ini adalah peluang yang harus kita manfaatkan dengan baik," ujar Lutfi.

Adapun, kinerja ekspor Indonesia untuk produk halal mencatatkan nilai yang cukup tinggi di level global. Lutfi menyampaikan nilai ekspor produk halal Indonsia mencapai 6 miliar dolar AS per tahun atau peringkat ke-21 di dunia.

Khusus untuk ekspor produk fashion Muslim mencatatkan nilai rata-rata 4,1 miliar dolar AS atau peringkat ke 13 terbesar di dunia.

Selain fashion, Lutfi mengatakan, pemerintah juga sedang giat dalam membina pasar industri halal khususnya untuk industri makanan minuman dan komestik agar terus berkembang dan mampu bersaing di pasar global.

Dalam kesempatan berbeda, Chairman of Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Sapta Nirwandar, menyarankan pemerintah lebih fokus pada industri fashion Muslim dalam pengembangan produk halal. Sebab, industri fashion Indonesia saat ini menjadi salah yang paling berkembang pesat dalam industri produk halal."Kita perlu fokus pada modest fashion karena ini yang paling kompetitif," kata Sapta.

Ia mengatakan, Indonesia memiliki para desainer yang cukup maju dalam bidang busana Muslim. Hanya saja, branding produk fashion Muslim masih kurang baik sehingga belum dikenal luas dalam level internasional.

Sapta pun menyarankan agar Indonesia bisa lebih gencar dalam berkolaborasi dengan brand yang sudah lebih mendunia untuk bisa dikenal oleh konsumen global.

"Mungkin kita harus co-branding dengan yang lain tapi tentu untuk produk yang punya kualitas dan desain bagus," kata dia.

IHLC dalam laporan State of The Global Islamic Economy Report 2020/2021 mencatat nilai perdagangan fashion Muslim secara global mencapai 277 miliar dolar AS. Pada 2024 mendatang diperkirakan nilai tersebut akan naik menjadi 311 miliar dolar AS atau tumbuh rata-rata per tahun 2,4 persen.

Saat ini, Indonesia menjadi negara kelima terbesar yang menjadi konsumen fashion Muslim dengan nilai 16 miliar dolar AS. Namun, belum masuk dalam lima besar eksportir terbesar fashion Muslim.

"Kita konsumen besar tapi belum menjadi eksportir besar. Kita bahkan kalah dengan Bangladesh yang menempati posisi kelima terbesar," ujar dia.

Menurut Sapta, fokus pada industri fashion Muslim secara langsung akan membangkitkan industri tekstil yang saat ini mengalami penurunan permintaan. Dengan dukungan dari usaha fashion Muslim yang berlabel halal, diyakini industri tekstil nasional akan kembali menggeliat bahkan untuk pasar ekspor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement