Kamis 28 Oct 2021 08:33 WIB

Puskopantren Target Sejuta Santri Gunakan Alat Tukar Digital

Potensi ekonomi yang berada di sekitar lingkungan pondok pesantren perlu dioptimalkan

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Puskopantren Target Sejuta Santri Gunakan Alat Tukar Digital (ilustrasi).
Foto: Antara/Irfan Anshori
Puskopantren Target Sejuta Santri Gunakan Alat Tukar Digital (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pesantren, memiliki potensi ekonomi yang. Sayangnya, pesantren hingga saat ini belum bisa menggarap maksimal potensi tersebut. Sehingga, menurut Sekjen Pusat Koperasi Pondok Pesantren (Puskopontren) Jabar, Yoga Udayana, dibutuhkan instrumen khusus dengan memanfaatkan teknologi digital saat ini. 

Melihat perkembangan tersebut, kata Yoga, Puskopontren Jabar tengah mengembangkan alat tukar digital khusus santri. Sehingga, dapat mendukung ekonomi pondok pesantren maupun santri di Jabar. 

"Kami menargetkan satu juta santri yang akan menjadi pengguna alat tukar digital tersebut di tahun pertama. Dengan demikian, pesantren-pesantren di Jawa Barat memiliki kemandirian ekonomi," ujar Yoga, disela-sela Rapat Anggota Tahunan (RAT) Puskopontren Jawa Barat tahun 2020 Balai Pelatihan Tenaga Koperasi dan UMKM Provinsi Jabar, Rabu petang (27/10). 

Yoga menjelaskan, pihaknya melihat bahwa di lingkungan santri atau pesantren ada potensi atau instrumen ekonomi, tapi tidak ada yang menggarap secara keseluruhan. "Maka ini perlu dibangun sesuai dengan kondisi saat ini, yakni digitalisasi," katanya.

 

Menurut Yoga, potensi ekonomi yang berada di sekitar lingkungan pondok pesantren perlu dioptimalkan, dalam rangka menyejahterakan santri maupun masyarakat pondok pesantren sendiri. 

Yoga mencontohkan untuk kebutuhan beras saja, dalam satu bulannya mencapai 13 ton untuk ribuan pondok pesantren di Jawa Barat. Namun pemenuhan kebutuhan itu dipenuhi sendiri oleh masing-masing pesantren. 

"Jadi akan dilakukan terlebih dahulu konsolidasi produk dengan sistem manajemen ekonomi digital. Karena kita melihat sekarang sudah tidak usah belanja ke warung, tinggal pesan dimarketplace, itu akan coba kita terapkan di lingkungan pesantren," paparnya.

Saat ini, kata Yoga, pihaknya sedang mempersiapkan data base awal untuk merealisasikan rencana mandiri ekonomi tersebut. Berdasarkan data yang dimilikinya, saat ini ada 1 juta santri di Jawa Barat. 

"Kita seleksi Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) pelopor dulu, kira-kira sekitar seribu santri dari 53 Kopontren di Jawa Barat. Nanti setelah data base selesai, selanjutnya akan dilakukan pembinaan santri IT untuk dijadikan sebagai operatornya,"  katanya. 

Selanjutnya, kata dia, ia akan ke Bank Indonesia (BI), OJK, karena harus ada izin dan pengawasan dari mereka. "Insfrastrukturnya juga disiapkan, kita ada ahli-ahli IT. Lalu dari sini nanti berkembang ke Santri mart dan lain sebagainya. Sehingga akan terjadi perputaran, dari santri, oleh santri dan untuk santri, manfaatnya untuk semua," katanya. 

Sementara menurut Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, berdasarkan data dari Kementrian Agama (Kemenag) ada sekitar delapan ribu pondok pesantren di Jawa Barat, dengan santri yang hampir mencapai 5 juta orang. 

Uu menilai, banyaknya pondok pesantren dan santrinya tersebut, menjadi peluang untuk menggerakan ekonomi pesantren secara mandiri. 

"Dari pada peluang itu diambil orang lain, lebih baik dimaksimalkan oleh koperasi pesantren. Pesantren harus mandiri dalam hal ekonomi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement