Rabu 27 Oct 2021 19:20 WIB

Bumi Diprediksi Lebih Hangat Hingga 2,7 Derajat Celcius

PBB mengatakan target meredam kenaikan suhu 1,5 derajat masih jauh dari sasaran.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
 FILE - Dalam arsip foto Rabu, 16 Juni 2021 ini, petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi kebakaran hutan di dekat desa Andreyevsky di luar Tyumen, Siberia barat, Rusia. Kebakaran hutan di Siberia melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, kata para ilmuwan, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Setiap tahun, ribuan kebakaran hutan melanda sebagian besar wilayah Rusia, menghancurkan hutan dan menyelimuti wilayah yang luas dengan asap tajam.
Foto: AP/Maksim Slutsky
FILE - Dalam arsip foto Rabu, 16 Juni 2021 ini, petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi kebakaran hutan di dekat desa Andreyevsky di luar Tyumen, Siberia barat, Rusia. Kebakaran hutan di Siberia melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, kata para ilmuwan, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Setiap tahun, ribuan kebakaran hutan melanda sebagian besar wilayah Rusia, menghancurkan hutan dan menyelimuti wilayah yang luas dengan asap tajam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun ini negara-negara di seluruh dunia berkomitmen untuk mewujudkan solusi atas masalah perubahan iklim yang terjadi. Namun, sebuah laporan baru yang dirilis oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut bahwa rencana ini gagal diwujudkan. 

Berdasarkan laporan dari The Emissions Gap Report 2021: The Heat Is On, yang dirilis pada 26 Oktober lalu mengungkapkan bahwa apa yang terjadi saat ini justru menunjukkan bahwa pemanasan global terus terjadi. Bahkan, Bumi menghangat hingga 2,7 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini. 

Baca Juga

Sebelumnya, negara-negara seperti China dan Amerika Serikat (AS) berkomitmen untuk mewujudkan emisi nol bersih. Setidaknya, pemanasan global ditargetkan untuk dikurangi hingga 2,2 derajat celcius. 

Namun, tanpa rencana jelas bagaimana mengurangi pemanasan, apa yang terjadi justru berbalik. PBB mengatakan bahwa target masih jauh dari sasaran. 

Pada pertemuan di Ibu Kota Paris, Prancis pada 2015, sebanyak 195 negara berjanji akan mengurangi emisi  untuk menahan pemanasan global di bawah  dua derajat Celcius pada 2100. Membatasi pemanasan global lebih jauh, hingga hanya 1,5 derajat Celcius akan mencegah lebih banyak konsekuensi yang lebih menghancurkan dari perubahan iklim, seperti yang dilaporkan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, atau IPCC, pada 2018.

Dalam laporan terbarunya, yang dirilis pada Agustus, IPCC mencatat bahwa peristiwa cuaca ekstrem, yang diperburuk oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, sekarang terjadi di setiap bagian Bumi. 

“Terlepas dari peringatan yang mengerikan ini, para pihak dalam Perjanjian Paris sama sekali gagal untuk menjaga target dalam jangkauan,” ujar Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, dilansir Science News, Rabu (27/10).

Program Lingkungan PBB telah mengawasi setiap tahun tentang kesenjangan antara janji nasional yang ada untuk mengurangi emisi dan target Perjanjian Paris.

Laporan PBB datang hanya beberapa hari sebelum Konferensi Perubahan Iklim PBB 2021 atau COP26 di Glasgow, Skotlandia diadakan. Sebanyak 120 negara, yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan lebih dari setengah emisi gas rumah kaca dunia, mengumumkan komitmen baru mereka untuk mengatasi perubahan iklim pada 2030.

Laporan tahun 2021 menemukan bahwa komitmen baru membawa dunia hanya sedikit lebih dekat ke tingkat emisi yang dibutuhkan pada tahun 2030 untuk mencapai target pemanasan.

Dengan janji baru, total emisi tahunan pada tahun 2030 akan menjadi 7,5 persen lebih rendah (sekitar 55 gigaton setara karbon dioksida) dibandingkan dengan target pada tahun lalu, yaitu sekitar 59 gigaton. Tetapi untuk tetap berada di jalur pemanasan 2 derajat C, emisi harus sekitar 30 persen lebih rendah dari janji baru, atau sekitar 39 gigaton setiap tahun.

Untuk menahan pemanasan hingga 1,5 derajat C membutuhkan penurunan emisi sekitar 55 persen dibandingkan dengan janji terbaru, menjadi sekitar 25 gigaton per tahun.

Para pemimpin dunia di COP26 diminta untuk menjaga dampak yang menghancurkan dari perubahan iklim dengan segera mengurangi emisi karbon global dan beralih ke ekonomi hijau. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement