Rabu 27 Oct 2021 18:27 WIB

Satgas Minta Masyarakat Bantu Gencarkan Vaksinasi Lansia

Saat ini masih banyak kaum lansia yang belum menerima suntikan vaksin Covid-19.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Mas Alamil Huda
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro meminta masyarakat agar membantu menggencarkan program vaksinasi untuk kelompok lanjut usia (lansia). Menurut dia, saat ini masih banyak kaum lansia yang belum menerima suntikan vaksin Covid-19.

Satgas mencatat, dari 21,5 juta lansia yang menjadi target vaksinasi, baru sekitar 23,7 persen atau sekitar 5,1 juta yang mendapatkan vaksin lengkap serta baru sekitar 38 persen atau 8,2 juta yang mendapatkan dosis pertama.

“Yang paling serius adalah kaum lansia yang masih banyak yang harus dipersuasi untuk ikut program vaksinasi,” ungkap Reisa, saat konferensi pers, Rabu (27/10).

Reisa pun menegaskan, jumlah lansia yang telah divaksinasi tersebut masih jauh dari jumlah sasaran yang ditetapkan. Kondisi inipun dinilai dapat menjadi titik lengah penularan kasus baru. Ia menyampaikan, risiko tertular Covid-19 akan tetap tinggi jika di ruang publik masih banyak yang belum divaksinasi.

“Jadi, kita punya dua pilihan wajib saat ini. Bantu gencarkan vaksinasi lansia, kelompok rentan, dan anak sambil tetap bermasker dan jaga jarak,” tambah Reisa.

Dari data Satgas, Reisa menyebut baru sekitar 25 persen dari kelompok masyarakat rentan yang telah divaksinasi lengkap. Serta baru 50 persen dari target 141.211.181 orang warga rentan yang sudah mendapatkan vaksin pertama.

Sedangkan pada vaksinasi anak-anak berusia 12-17 tahun, terdapat lebih dari 3,1 juta anak-anak yang telah divaksin lengkap dan sebanyak 3,8 juta yang baru mendapatkan dosis pertama. Satgas pun mengingatkan agar masyarakat tak lengah dengan penurunan kasus saat ini sehingga tak memicu terjadinya kenaikan kasus kembali.

“Ingat, meski turun drastis, bahkan di kisaran di bawah 1.000 kasus per hari, tapi fakta itu menunjukan penularan masih terjadi. Pandemi masih ada,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement