Rabu 27 Oct 2021 14:13 WIB

Pemkot Bogor Tunggu Hasil Rekomendasi Temuan Terowongan Kuno

Terowongan kuno terbentang di bawah Jalan Nyi Raja Permas sampai Jalan MA Salmun.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto memasuki gorong-gorong tempat penemuan terowongan kuno era Belanda di dekat Stasiun Bogor, Sabtu (23/10).
Foto: Dok. Prokopim Pemkot Bogor
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto memasuki gorong-gorong tempat penemuan terowongan kuno era Belanda di dekat Stasiun Bogor, Sabtu (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Penelitian dan kajian soal penemuan terowongan kuno era Belanda di Kota Bogor, terus dilanjutkan oleh tim peneliti dari Universitas Pakuan, Balai Arkeologi Jawa Barat, Bogor Historia, dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor.

Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menunggu hasil penelitian dan kajian lanjutan, serta rekomendasi untuk nasib terowongan kuno tersebut ke depannya.

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto mendapatkan laporan, dari hasil penelitian terbaru, ditemukan ruang yang lebih panjang dan lebih besar. Dia pun turut memeriksa hasil penemuan tersebut, dengan memasuki gorong-gorong yang berada di sekitar Dipo Stasiun Bogor, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor pada Sabtu (23/10) lalu.

Dari penglihatannya, terowongan kuno tersebut memiliki konstruksi, bahan, dan material yang sama seperti yang sudah ditemukan sebelumnya. “Saya masih menunggu lanjutan hasil kajian dari tim di lapangan ini. Akhir bulan tentu kita bisa lihat hasilnya seperti apa. Rekomendasinya seperti apa,” kata Bima.

Di samping itu, Bima Arya menyebutkan, beberapa titik terowongan kuno tersebut sudah runtuh dan tertutup sedimen. Sehingga, akan dilakukan pemeriksaan teknis jika ada opsi digunakannya kembali terowongan kuno tersebut.

Sebab, menurutnya, penelitian ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Juga perlu ada konsekuensi rencana pembiayaan lagi. Selain itu, ada juga opsi dengan hanya dijaga sebagai penemuan kuno dengan diberikan penanda.

“Nanti hasil rekomenasi itu kami koordinasinkan kepada kementerian terkait, barangkali bisa didukung beraama-sama ke depannya seperti apa. Opsinya tadi revitalisasi lagi, fungsikan lagi, kedua ya cukup dijaga diberikan penanda,” tuturnya.

Kepala Balai Arkeologi Provinsi Jawa Barat, Deni Sutrisna menjelaskan mengenai fakta baru penemuan terowongan kuno di Kota Bogor. Deni menjelaskan, saluran air yang membentuk setengah lingkaran dari susunan batu bata merah tersebut diperkirakan dibangun sebelum Stasiun Bogor.

Lantaran, kontruksi dan bahan bangunan yang digunakan, memiliki umur yang lebih tua jika dibanding dengan Stasiun Bogor yang dibuat pada 1881. Menurutnya, terowongan kuno era Belanda yang berfungsi sebagai saluran air itu, terbentang di bawah Jalan Nyi Raja Permas sampai Jalan MA Salmun.

Diduga saluran air tersebut dahulu berfungsi sebagai pembuangan air di seputar kawasan Stasiun Bogor dan Taman Wilhelmina atau Taman Topi, yang saat ini dibangun menjadi Alun-alun Kota Bogor.

“Terowongan kuno era Belanda ini berfungsi sebagai saluran air. Selain itu, saluran air ini berfungsi sebagai filter air, agar air yang mengalir ke sungai sudah bersih dan tidak kotor. Karena kami menemukan seperti kolam retensi untuk menyaring dan membersihkan air,” jelas Deni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement