Rabu 27 Oct 2021 13:09 WIB

Lima Keganjilan Pidato Jenderal Sudan Soal Kudeta

Jenderal Burhan menggulingkan pemerintahan sipil Sudan, namun tak menyebutnya kudeta.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala Dewan Militer Sudan Jenderal Abdel-Fattah al-Burhan mengumumkan darurat sipil dan membubarkan dewan kedaulatan dan pemerintahan transisi.
Foto: Anadolu Agency
Kepala Dewan Militer Sudan Jenderal Abdel-Fattah al-Burhan mengumumkan darurat sipil dan membubarkan dewan kedaulatan dan pemerintahan transisi.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pemimpin militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan telah buka suara terkait kudeta yang dilakukannya terhadap pemerintahan Perdana Menteri Abdalla Hamdok. Dia mengklaim, langkah itu diambil guna menghindarkan negara tersebut dari perang saudara.

Kendati demikian, dalam konferensi pers yang digelar pada Selasa (26/10), ada setidaknya lima keganjilan dalam pernyataan al-Burhan. Seperti dilaporkan laman Middle East Eye, berikut lima keganjilan tersebut.

Baca Juga

1.     Ini Bukan Kudeta

Dalam pernyataannya, al-Burhan tidak merasa tindakan yang diambilnya terhadap pemerintahan Abdalla Hamdok merupakan sebuah kudeta. Menurutnya, langkah itu adalah upaya “memperbaiki jalan” menuju transisi demokrasi.

Angkatan bersenjata mengambil alih proses tersebut.Meski tak mengaku bahwa itu adalah kudeta, militer Sudan tetap menangkap dan menahan Hamdok serta sejumlah politisi lain. Tentara juga menguasai markas televisi dan radio.

2.     Abdalla Hamdok tak Diculik

Al-Burhan mengatakan, militer tak menangkap atau menculik Abdalla Hamdok. Menurut dia, Hamdok dan lima menteri di pemerintahannya, berada di rumah sang jendera. “Ya, kami menangkap menteri dan politisi, tapi tidak semua,” ujarnya.

Al-Burhan kemudian menyebut bahwa Hamdok dalam keadaan sehat. Hamdok bakal dipulangkan setelah krisis di sana berakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement