Rabu 27 Oct 2021 08:52 WIB

Dolar AS Naik Tipis Sebelum Pertemuan Bank Sentral

Pasar menanti pertemuan bank sentral yang kemungkinan memicu volatilitas.

Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3). Dolar AS sedikit menguat pada akhir perdagangan Selasa (26/10), setelah bergerak di kisaran sempit karena pasar menunggu berita dari pertemuan bank sentral mendatang yang mungkin memicu volatilitas.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3). Dolar AS sedikit menguat pada akhir perdagangan Selasa (26/10), setelah bergerak di kisaran sempit karena pasar menunggu berita dari pertemuan bank sentral mendatang yang mungkin memicu volatilitas.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS sedikit menguat pada akhir perdagangan Selasa (26/10), setelah bergerak di kisaran sempit karena pasar menunggu berita dari pertemuan bank sentral mendatang yang mungkin memicu volatilitas. Setelah sebuah laporan menunjukkan bahwa konsumen AS lebih percaya tentang ekonomi daripada yang diperkirakan, indeks dolar naik moderat 0,1 persen pada 93,9280 pada pukul 15.30 waktu setempat (19.03 GMT).

Greenback sebagian besar melayang di sekitar titik di tengah antara tertinggi satu tahun yang dicapai awal bulan ini dan terendah satu bulan yang disentuh Senin (25/10) pagi. Analis mengatakan dolar AS mungkin terus stabil menunggu pertemuan bank sentral dan data ekonomi yang dapat mengubah pandangan tentang suku bunga, inflasi dan tingkat pertumbuhan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Jerman 10 tahun juga tetap dalam kisaran sempit sebelum imbal hasil pada obligasi AS 10 tahun merosot ke 1,6185 persen pada sore hari di New York. "Pasar hanya berhenti sekarang," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com.

Bank Sentral Kanada (BoC) akan bertemu pada Rabu dan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BoJ) bertemu pada Kamis (28/10). Minggu depan diisi pertemuan Federal Reserve AS, Bank Sentral Inggris (BoE), Bank Sentral Australia (RBA) dan Bank Sentral Norwegia.

Euro melemah 0,1 persen pada 1,1597 dolar AS. Euro telah melemah baru-baru ini oleh ekspektasi bahwa ECB akan mengambil sikap dovish ketika mereka bertemu. Melakukan hal itu akan datang dalam menghadapi berita pada Selasa (26/10) bahwa ekspektasi inflasi untuk zona euro di antara investor obligasi telah mencapai tertinggi tujuh tahun di atas 2,07 persen.

Pergerakan mata uang yang lebih besar datang dari pound Inggris, dolar Australia dan yen Jepang. Sterling naik menjadi lebih dari 1,38 dolar AS setelah pengecer Inggris melaporkan penjualan lebih kuat dari perkiraan pada Oktober, menegaskan prospek suku bunga yang lebih tinggi. Pound kemudian tergelincir kembali dan datar untuk hari ini di 1,3764 dolar AS.

Aussie, yang cenderung bergerak dengan harga komoditas, naik 0,2 persen menjadi 0,7506 dolar AS. Pekan lalu, dolar Australia diperdagangkan di atas 0,75 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Juli.

Dolar AS naik 0,4 persen terhadap yen Jepang, dengan pasangan di 114,1400, di bawah tertinggi empat tahun 114,695 yang dicapai minggu lalu. BoJ diperkirakan akan mempertahankan program stimulus besar-besaran dan memangkas perkiraan inflasi tahun ini ketika bertemu pada Kamis (28/10), menunjukkan bahwa bank tidak berniat mengikuti bank sentral lain untuk mundur dari kebijakan pandemi.

Dolar Kanada sedikit menguat terhadap greenback karena harga minyak naik tetapi tertahan oleh pertemuan Bank Sentral Kanada yang semakin dekat. Bank Sentral Kanada diperkirakan akan menaikkan perkiraan inflasi dan sebagian besar akan mengakhiri stimulus dari program pembelian obligasi era pandemi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement