REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua orang pasti berharap pandemi Covid-19 berakhir. Namun, kapan itu terjadi, masih menjadi pertanyaan bagi sejuta umat di dunia ini.
Menurut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus,pertanyaan mengenai ‘kapan pandemi Covid-19 akan berakhir?’ adalah saat ini terpopuler. Pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan dari segala lapisan masyarakat di seluruh penjuru dunia kepada WHO.
Atas pertanyaan tersebut, melalui akun twitternya, dia pun menjawab pertanyaan tersebut.
“Jawaban saya adalah pandemi #COVID19 akan berakhir ketika dunia memilih untuk mengakhirinya. Itu ada di tangan kita - @DrTedros #WHS2021,” tulis Tedros, seperti dilansir laman Livemint, Senin (25/10).
Dia menyebut, orang-orang di dunia memiliki semua alat yang dibutuhkan. Yaitu alat kesehatan masyarakat yang efektif, dan alat medis yang efektif. WHO pun telah menetapkan target untuk memvaksinasi 40 persen dari populasi setiap negara pada akhir tahun ini.
Tedros optimistis target vaksinasi itu dapat dicapai. Namun, itu tercapai jika negara dan perusahaan yang mengontrol pasokan vaksinasi, dan mencocokkan pernyataan mereka dengan tindakan.
Pada akhir utasnya di Twitter, dia menjelaskan permintaan khusus untuk semua orang di dunia yang ditujukan untuk menyelesaikan pandemi. Itu menyebut ada tiga hal yang dimintanya.
“Pertama, kita harus mengakhiri pandemi ini, dengan mengerahkan segala cara untuk mencapai target kita memvaksinasi 40 persen dari populasi setiap negara pada akhir tahun ini,” tulis dia.
Kedua, lanjut dia, masyarakat diminta harus mencegah pandemi berikutnya. Itu dilakukan dengan tata kelola, pembiayaan, sistem dan alat yang lebih baik, dan dengan memperkuat WHO. Ketiga, semua negara diminta harus berinvestasi dalam #primaryhealthcare sebagai dasar dari universal health coverage.
Baca juga : Malika, Dua Tahun Tumbuh Berkarya di Tengah Badai Covid-19
"Pandemi telah menunjukkan tanpa keraguan bahwa kesehatan bukanlah kemewahan bagi orang kaya, atau hanya hasil pembangunan; itu adalah hak asasi manusia yang mendasar, dan dasar stabilitas sosial, ekonomi dan politik," tambah Tedros.
Dia juga menyebut tidak ada negara yang dapat mengakhiri pandemi dalam isolasi dari seluruh dunia. Tidak ada negara pula yang dapat melindungi kesehatan rakyatnya sendiri tanpa bekerja untuk melindungi kesehatan semua orang.
Mengantisipasi Gelombang Ketiga
Menurut Wiku, kecurigaan akan datangnya gelombang ketiga Covid-19 bukan tak mendasar. Pemerintah pun merasa perlu berhati-hati. Ini berkaca dari pola lonjakan kasus yang terjadi di dunia dan Indonesia di masa-masa sebelumnya.
Puncak pertama kasus harian Covid-19 terjadi bersamaan dengan puncak pertama di dunia dan sejumlah negara lainnya, yaitu pada Desember 2020 dan Januari 2021. Masa itu merupakan periode Natal dan Tahun Baru.
“Namun, ketika dunia yang didominasi kasus dari India melonjak pada April 2021, Indonesia justru sedang berada di angka kasus yang sangat rendah,” ujar Wiku dalam konferensi pers dikutip laman Covid19.go.id.
Sementara pada Juli saat negara lain sedang mengalami penurunan kasus, Indonesia justru mengalami lonjakan kasus kedua. Memasuki bulan Agustus, kasus di Indonesia pun mengalami penurunan. Namun, dunia justru mulai memasuki lonjakan kasus ketiga berbarengan dengan sejumlah negara lainnya seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia.
Dengan pola yang demikian, maka tak menutup kemungkinan lonjakan kasus harian ketiga bisa saja terjadi. Ini yang dinilai Wiku perlu kehati-hatian bagi masyarakat Indonesia.
“Adanya lonjakan kasus ketiga ini menjadi perhatian bagi Indonesia untuk tetap berhati-hati menyikapi penurunan kasus yang terjadi terutama dalam hal pembukaan aktivitas masyarakat,” tegas Wiku.