Selasa 26 Oct 2021 15:59 WIB

Golkar Ajak Konsolidasi, Nasdem: Untuk Kepentingan Golkar?

Jika terdapat syarat mencalonkan Airlangga sebagai capres, Nasdem menolak.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Mas Alamil Huda
Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali, menghargai ajakan konsolidasi dari Partai Golkar untuk menghadapi 2024. Namun jika terdapat syarat untuk mencalonkan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden (capres), ia mempertanyakan ajakan tersebut.

"Bersatu di 2024 untuk kepentingan siapa? kepentingan Golkar atau kepentingan bangsa? Jangan mengimbau berkumpul alumni Golkar, tapi memberikan syarat Ketua Umum Golkar harus jadi presiden, yah itu bukan kepentingan bangsa itu, itu kepentingan Golkar," kata Ali di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (26/10).

Ia pun menawarkan kepada Partai Golkar untuk berkoalisi lebih awal. Kemudian, koalisi tersebut menggelar konvensi untuk melihat sosok-sosok bakal calon presiden yang memiliki kompetensi dan integritas dalam memimpin Indonesia.

"Jangan kemudian kita memonopoli bahwa kader-kader partai politik terbaiklah yang menjadi calon presiden, tapi kita harus jujur sebagai kader politik melihat di luar partai politik banyak sekali kader-kader bangsa yang punya integritas, yang layak untuk kita kedepankan," ujar Ali.

Partai Nasdem, kata Ali, akan melihat keseriusan partai politik dalam menentukan calon presiden yang didukung lewat konvensi. Di mana kepentingan bangsa haruslah diprioritaskan, ketimbang kepentingan kelompok tertentu.

"Ayo berani tidak? Nasdem berani menawarkan kepada partai politik yang betul-betul jujur melihat kepentingan bangsa. Ayo, Nasdem, kami terbuka berkoalisi dengan siapa saja, kemudian kita bersama-sama mencari calon presidennya," ujar Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR itu.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tandjung, mengatakan, partainya dulu memiliki sosok-sosok hebat seperti Prabowo Subianto dan Surya Paloh. Namun, keduanya memutuskan keluar dan mendirikan partai baru, yakni Gerindra dan Nasdem.

"Sebetulnya ingin mengajak kembali lah ke rumah besar bersama untuk konsolidasi. Jadi ada cita-cita ada keinginan itu dan itu menjadi satu hal penting bagi kami sekarang untuk konsolidasi semua kekuatan," ujar Doli dalam sebuah webinar, Sabtu (16/10).

Ia mengatakan, Partai Gerindra dan Nasdem berhasil sukses dari sosok-sosok yang sebelumnya merupakan bagian dari Partai Golkar. Tentu hal ini berdampak pada perolehan suara partai berlambang pohon beringin itu, di mana sejumlah pemilih berlabuh karena ketokohan Prabowo dan Surya Paloh.

Demi menyongsong pemilihan umum (Pemilu) 2024, kini Partai Golkar terus melakukan konsolidasi dan mengurangi konflik internal. Serta, merangkul tokoh-tokoh di tingkat pusat dan daerah demi mengulangi kejayaan Partai Golkar pada 2004.

"Itu yang kita upayakan bahwa mereka itu masih dianggap ketokohan di daerah-daerah yang punya sesuatu dukungan masyarakat. Paling tidak mengangkat elektabilitas masyarakat dengan ketokohan mereka," ujar Doli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement