Selasa 26 Oct 2021 15:06 WIB

KKP Jaga Tren Peningkatan Ekspor Ikan Hias

Indonesia eksportir ikan hias terbesar ke-4 dunia setelah Jepang, Singapura, Spanyol

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja memeriksa benih ikan Cupang multi colour kualitas ekspor di Desa Panggoi, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (22/10/2020). Ikan cupang hias hasil budidaya tersebut dijual dengan harga Rp50 ribu hingga Rp8 juta per ekor yang dipasarkan melalui platform digital untuk menjangkau pembeli pasar lokal dan ekspor Negara Amerika Serikat, Filipina, Singapura dan Malaysia.
Foto: ANTARA/Rahmad
Pekerja memeriksa benih ikan Cupang multi colour kualitas ekspor di Desa Panggoi, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (22/10/2020). Ikan cupang hias hasil budidaya tersebut dijual dengan harga Rp50 ribu hingga Rp8 juta per ekor yang dipasarkan melalui platform digital untuk menjangkau pembeli pasar lokal dan ekspor Negara Amerika Serikat, Filipina, Singapura dan Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen mempertahankan tren peningkatan ekspor ikan hias.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDPKP), Artati Widiarti, mengatakan, tren positif itu terjadi di saat ikan hias Singapura dan Spanyol mengalami penurunan hingga minus 7,7 persen dan minus 3,4 persen per tahun.  "Sebaliknya, sejak 2016 hingga 2020, terjadi kenaikan ekspor ikan hias Jepang dan Indonesia sebesar 8,9 persen dan 6,1 persen per tahun," ujar Artati dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (26/10).

Artati menyampaikan, indeks penetrasi pasar ikan hias Indonesia pada 2020 mencapai 0,56. Kata Artati, sebanyak 136 negara di dunia melakukan impor ikan hias dan Indonesia baru mengekspor ke-76 negara.  "Artinya masih cukup besar peluang Indonesia untuk memperluas di pasar ikan hias internasional," lanjut Artati.

Artati menambahkan, pada 2020 nilai ekspor ikah hias Indonesia berhasil mencapai 30,8 juta dolar AS atau sebesar 9,7 persen dari total nilai ekspor ikan hias dunia yang sebesar 318 juta dolar AS. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara eksportir ikan hias terbesar ke-4 dunia setelah Jepang, Singapura, dan Spanyol. 

"Pangsa pasar utama ikan hias di antaranya Amerika Serikat sebesar 23,3 persen, diikuti China 8,2 persen; Inggris Raya 7,0 persen, Jerman 6,5 persen, dan Jepang 6,2 persen. Sejumlah ikan hias favorit ekspor di antaranya arwana, napoleon wrasse, arwana jardini, cupang hias, dan maskoki," ucap Artati.

Salah satu upaya dalam mempertahankan tren peningkatan ekspor ikan hias ialah peresmian showroom di Raiser Cibinong. Artati menyebut, menginjak usia ke-22 tahun, KKP mendapat berkah besar dengan diresmikannya showroom ikan hias pada Sabtu (23/10) yang berfungsi menampilkan potensi ikan hias asli Indonesia, khususnya Arwana Super Red yang telah ditetapkan sebagai maskot ikan hias air tawar nasional. Dia berharap adanya showroom makin melengkapi keberadaan Raiser sebagai pusat bisnis ikan hias di Indonesia.

"Showroom kita harapkan makin melengkapi Raiser sebagai tempat membangun jaringan pemasaran ikan hias antara lain melalui penyediaan depo ikan hias, gedung penampungan dan pemasaran, bursa, dan showroom ikan hias lengkap dengan instalasi karantina ikannya," ungkap Artati.

Kepala Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP) Widya Rusyanto menyatakan dalam rangka pengembangan pemasaran ikan hias, pihaknya terus berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang dikelola oleh Raiser Ikan Hias, Satker BBP3KP di Cibinong. 

Dalam pengembangan Raiser sebagai Pusat Bisnis Ikan Hias, maka kegiatan yang dilaksanakan akan fokus dalam 3 hal yaitu sebagai Pusat Pemasaran, Pusat Promosi, dan Eduwisata Ikan Hias. 

"Ke depan Raiser Ikan Hias akan terus meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung Raiser sebagai pusat pemasaran, promosi, edukasi dan wisata ikan hias  dengan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha/UMKM ikan hias," ujar Widya.

Widya menyampaikan pembangunan Raiser Ikan Hias melalui kerja sama Departemen Kelautan dan Perikanan (sekarang Kementerian Kelautan dan Perikanan) dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang saat ini tergabung dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kemudian diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada 15 Maret 2004.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement