Selasa 26 Oct 2021 14:26 WIB

Indonesia Terbuka pada Kolaborasi Ekosistem Syariah Global

Ekonomi syariah digadang-gadang sebagai ekonomi etis yang erat dengan ekonomi hijau.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia selalu terbuka pada kolaborasi dengan berbagai stakeholder internasional dalam mengembangkan ekonomi syariah. Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat mengatakan ini menjadi bagian untuk terus memajukan ekonomi syariah secara global.

"Kami terbuka pada semua stakeholders untuk mengimplementasikan prinsip ekonomi syariah dan berkolaborasi dengan Indonesia untuk mengoptimalkan peran ekonomi dan keuangan syariah di tingkat dunia," katanya dalam The 13th International Conference on Islamic Economics and Finance dan The 7th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference, Selasa (26/10).

Baca Juga

Konferensi internasional ini menjadi ajang berkumpulnya para stakeholder ekonomi syariah global yang bertujuan mencari inovasi dan solusi dalam menghadapi berbagai tantangan di seluruh dunia. Sutan menyebut adanya tantangan dunia termasuk era kenormalan baru, transformasi digital, perkembangan ekonomi halal melalui rantai pasok global.

Selain itu, semakin besar tantangan dalam menjadikan instrumen keuangan syariah dan inovasinya dalam menurunkan kemiskinan serta meningkatkan produktivitas. Pengembangan keuangan syariah juga perlu terobosan yang tak biasa.

Ekonomi syariah juga kini digadang-gadang sebagai ekonomi etis yang erat dengan ekonomi hijau dan berkelanjutan. Pengembangan talenta global di bidang ekonomi syariah, serta digitalisasi di multisektor pun tidak kalah penting.

"Maka dari itu, kita perlu berkolaborasi bersama, dalam hal kali ini memperkuat riset di bidang terkait sehingga bisa melahirkan pengetahuan dan inisiatif," katanya.

Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Sri Mulyani Indarwati yang juga Menteri Keuangan Republik Indonesia menyampaikan pengembangan syariah Indonesia terus menjanjikan dan berkembang naik. Bahkan di era pandemi, pertumbuhan sektor-sektor ekonomi syariah lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang sekitar tujuh persen.

"Ekonomi syariah yang inklusif dapat diarahkan pada berbagai sektor-sektor yang sesuai dengan prinsipnya dan meliputi banyak hal," kata Sri.

Ekonomi syariah harus menjadi alat untuk membawa keseimbangan dan kemerataan pada populasi masyarakat, tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Kemerataan khususnya dalam hal ekonomi masyarakat yang berarti memberantas kemiskinan.

Sri mengatakan ekonomi syariah perlu dibawa dalam kerangka inklusif sehingga tidak terbatas pada kalangan tertentu. Ini juga sesuai dengan prinsip syariah yang diciptakan untuk seluruh alam.

Selama dekade terakhir, perkembangan keuangan syariah didominasi oleh ekspansi dan pertumbuhan dan penciptaan institusi perbankan syariah di seluruh dunia. Industri ini telah berusia 59 tahun pada tahun 2021, sejak percobaan pertama lembaga keuangan bebas ribawi yang muncul pada tahun 1960an, yaitu bank tabungan investasi di Mit Ghamr, Mesir dan Tabung Haji di Malaysia.

Kebutuhan untuk mencari pendekatan alternatif dalam masalah ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam telah muncul sekitar tahun 1950an. Ini menjadi bagian dari apa yang disebut Kebangkitan Islam.

Setelah itu, ekonomi Islam modern didirikan sebagai suatu disiplin ilmu sekitar tahun 1970an. Konferensi Internasional Pertama Ekonomi Islam yang diselenggarakan pada tahun 1976 di Mekkah, Arab Saudi, oleh King Abdulaziz University, dianggap sebagai tolak ukur yang melambangkan titik awal ekonomi Islam sebagai paradigma sistem ekonomi modern.

Baca juga : Tahun 2021, Hiperinflasi di Indonesia?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement