Selasa 26 Oct 2021 09:50 WIB

Teringat Rahmawati Kala Megawati Bilang Extraordinary

Kenangan bersama Rahmawati terkena rudal Tomahawk di perang Irak.

Perang Irak
Foto: aa.com.tr
Perang Irak

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan dan Budayawan Betawi.

Sebuah harian ibu kota kutip pernyataan Ketua Umum PDIP pada 4 Agustus 2021. Megawati saat itu berkata, "Presiden harus turun tangan langsung kalau ada bencana yang bersifat extraordinary."

Kalau yang dimaksud bencana itu 'kopat-kopit', kenaap baru omong sekarang? Kopat-kopit pan gentayangan hampir dua tahun ini, dan dengan paradigma ini menjadi bencana alami. Sementara laman New York Post sempat memuat memuat pendapat ahli Steven Mosher yg berdasarkan penelitian disimpulkan,  Covid 19 berasal dari 8 bocoran Lab Wuhan. Ini tidak alami?

Bencana karena kopat-kopit Lab Wuhan dipastikan timbulkan bencana yang lebih besar lagi. Itulah perang Laut China Selatan yang jika terjadi akan jadi perang yang  maha 'haibat'. Itu kalau China melawan.

Mungkin inilah yang dimaksudkan Megawati dengan bencana extraordinary. Tapi kenapa Mega alihkan tanggung jawab kepada Jokowi. Padahal kata Mega sendiri Presiden Jokowi petugas partai. Sebagai Ketua Umum PDIP Mega kasi sambutan HUT PKC pada 1 Juli 2021 betul-betul bisa disebut extraordinary. PKC dan Yang Mulia Xin Ping yang juga Ketua PKC disanjung melambung.

Sekarang setelah bencana ordinary tiba diambang, terjadi saling lempar tanggung jawab. Dan pembesar hilang dari pentas publik. Juga pejabat daerah yang biasanya rajin manggung.

Saya tidak bermaksud meden-medeni, perang modern sangat mengerikan. Pada tahun 2003 saya dengan Almarhumah Rahmawati berada di Al Rasheed Hotel Baghdad yang diserang Tomahawk. Di tengah kepala-kepala  tanpa tubuh yang bergelindingan dan  di antara tubuh-tubuh tanpa kepala yang bergelimpangan, seraya lantai hotel yang licin berkuah darah, kala itu dalam gelap pula saya nencari Rahmawati.

Alhamdulillah saya jumpa Rahmawati dikepung jenasah terduduk di sudut lobby hotel. Ia lagi menangis. Rambutnya kusut masai. Kegembiraanku jumpa Rahma mengancing bibirku. Sesaat aku tak dapat berkata-kata selain kami beradu pandang. "Rahma, berhentilah menangis. Kamu putri Proklamator, hapuslah air matamu. Mari ikut aku ke bunker,'' kataku kepada almarhumah.

Ibu Mega, Pak Jokowi, perang modern benar-benar mengerikan. Bapak dan menteri-menteri bapak yang sering mondar mandir ke China tolong kasi kami petunjuk. Bagaimana situasi Internasional dan di mana pula posisi Indonesia masa kini. Kita ada di posisi mana Pak?

Perang lebih ngeri dari kopat-kopit. Mati karena kopat kopit biasanya di tempat tidur. Mati karena perang tak tahu di mana? Pak Joko, Bu Mega, Gubernus Anies, bapak-bapak dan ibu belum alami perang moderen pan? Paling-paling nonton di film.

Perang itu sungguh ngeri!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement