Senin 25 Oct 2021 20:51 WIB

Mahasiswa UGM Kembangkan Permainan Edukatif Berbahasa Jawa

Permainan edukatif dikembanngkan dalam bentuk monopoli yang memuat pengetahuan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Sekelompok mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menginisiasi pembuatan permainan edukatif sebagai media pembelajaran kebudayaan Jawa.
Foto: ugm
Sekelompok mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menginisiasi pembuatan permainan edukatif sebagai media pembelajaran kebudayaan Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekelompok mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menginisiasi pembuatan permainan edukatif sebagai media pembelajaran kebudayaan Jawa. Permainan edukatif yang digagas itu diberi nama Lingkar Bregada.

Permainan dikembangkan Fitriana Aulia dari FKKMK, Andreas Ryan Cahyo K, Arlen Pramudya A dan Wahyu Setyaningsih dari Fakultas Teknik serta Natasya Nur Putri A dari Fakultas Hukum. Mereka sukses mendapat dana hibah PKM Kemendikbudristek.

Baca Juga

Bahkan, karya mereka ini sudah berhasil lolos maju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2021 yang digelar akhir Oktober ini. Fitriana menerangkan, ide membuat permainan edukatif ini berawal dari kegelisahan mereka terkait minimnya metode pembelajaran Bahasa Jawa saat duduk di bangku sekolah.

Fitriana mengatakan, mereka merasa kurang ada pengalaman belajar Bahasa Jawa yang variatif. Selain itu, terdapat keterbatasan sumber belajar Bahasa Jawa.

"Kurangnya bahan ajar dan keinginan untuk menarik minat pembelajaran Bahasa Jawa bagi anak-anak dengan media pembelajaran yang inovatif, membuat kami tertarik untuk mengembangkan ide ini," kata Fitriana,, Senin (25/10).

Permainan edukatif dikembanngkan dalam bentuk monopoli yang memuat pengetahuan umum Bahasa Jawa. Monopoli menggunakan 10 bidak bregada di satu set permainan. Meski begitu, untuk memainkan hanya dapat dilakukan sampai empat orang pemain.

Langkah awal bermain dilakukan dengan menyelesaikan kartu misi terlebih dulu. Kartu misi digunakan sebagai kartu pembuka yang berisi cerita. Mengangkat tema perseteruan Tanah Mangir, Panembahan Senopati, Pembayun maupun Ki Ageng Mangir.

Andreas menerangkan, dalam permainan monopoli itu mereka menambahkan tulisan aksara Jawa di depan kartu disertai pertanyaan bermuatan kurikulum lokal Bahasa Jawa. Permainan dilengkapi kotak kecil berisi kunci jawaban di bagian bawah.

Dengan begitu, pemain-pemain tidak dapat langsung mengetahui kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di atasnya. Menariknya, Andreas mengungkapkan,  dari bagian belakang kartu mereka membuat terjemahannya dalam tiga bahasa.

Ada Bahasa Jawa dalam alfabet, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Andreas berharap, ke depan produk ada pengembangan berupa diversifikasi produk yang mengangkat kebudayaan Nusantara lain agar bisa dipasarkan lebih luas lagi.

"Kerja sama dengan dinas-dinas terkait penting agar produk ini tidak berhenti di tataran Pimnas saja," ujar Andreas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement