Senin 25 Oct 2021 19:41 WIB

Vaksin Covid-19 Pfizer Aman untuk Anak Sekolah Dasar

FDA dan CDC mulai suntikan vaksin Covid-19 Pfizer untuk anak SD awal November.

FDA dan CDC mulai suntikan vaksin Covid-19 Pfizer untuk anak SD awal November.
Foto: www.freepik.com.
FDA dan CDC mulai suntikan vaksin Covid-19 Pfizer untuk anak SD awal November.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Regulator kesehatan Amerika Serikat (AS) menyatakan vaksin COVID-19 Pfizer efektif dalam mencegah infeksi simtomatik pada anak-anak sekolah dasar dan tak menyebabkan masalah keamanan yang tidak terduga. Para ilmuwan di Badan POM Amerika Serikat (FDA) seperti dikutip dari ABC News, Senin (23/10), menemukan, vaksin bermanfaat untuk mencegah rawat inap dan kematian akibat COVID-19 lebih besar daripada potensi efek samping serius pada anak-anak.

Jika FDA mengizinkan suntikan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) akan membuat rekomendasi vaksinasi pada anak-anak agar mereka bisa divaksin pada awal bulan. Suntikan Pfizer sebelumnya direkomendasikan mereka yang berusia 12 tahun atau lebih, tetapi dokter anak dan banyak orang tua dengan cemas menunggu perlindungan bagi anak-anak yang lebih kecil untuk membendung infeksi dari varian delta ekstra menular dan membantu anak-anak tetap bersekolah.

Baca Juga

Tinjauan FDA menegaskan, studi Pfizer yang menunjukkan suntikan dua dosis hampir 91 persen efektif mencegah infeksi simtomatik pada anak kecil. Para peneliti menghitung angka tersebut berdasarkan 16 kasus COVID-19 pada anak-anak. 

Mereka tidak ada penyakit parah yang dilaporkan di antara anak-anak. Bahkan, anak-anak yang divaksinasi memiliki gejala yang jauh lebih ringan daripada rekan-rekan mereka yang tidak divaksinasi.

 

Sebagian besar data penelitian dikumpulkan di Amerika Serikat selama Agustus dan September, ketika varian delta telah menjadi varian COVID-19 yang dominan di kawasan itu. Sebuah tinjauan juga memperlihatkan tidak ada efek samping baru atau tak terduga, selain sakit lengan, demam atau pegal-pegal.

Namun, ilmuwan FDA mencatat bahwa studi ini tidak cukup besar untuk mendeteksi efek samping yang sangat langka, termasuk miokarditis atau sejenis peradangan jantung yang kadang-kadang terjadi setelah dosis kedua. FDA menggunakan pemodelan statistik untuk mencoba memprediksi angka rawat inap dan kematian akibat COVID-19 yang akan dicegah vaksin versus jumlah potensi efek samping jantung.

Dalam empat skenario pandemi, vaksin diketahui mencegah lebih banyak rawat inap daripada yang diharapkan dari efek samping pada jantung. Secara keseluruhan, regulator menyimpulkan manfaat perlindungan vaksin jelas akan lebih besar daripada risikonya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement