Senin 25 Oct 2021 05:04 WIB

Berhati-hati Bervariasi Kegiatan dalam Keseharian

Beginilah cara hidup damai di tengah pandemi COvid-19.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Muhammad Subarkah
Wisatawan domestik memberi makan Harimau Benggala saat mengunjungi Bali Zoo, Gianyar, Bali, Ahad (24/10/2021). Kunjungan wisatawan ke kebun binatang tersebut terus meningkat dengan rata-rata kunjungan sekitar 1.000 orang wisatawan per hari saat libur akhir pekan, setelah sebelumnya sempat ditutup pada bulan Juli 2021 hingga pertengahan bulan September lalu sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Wisatawan domestik memberi makan Harimau Benggala saat mengunjungi Bali Zoo, Gianyar, Bali, Ahad (24/10/2021). Kunjungan wisatawan ke kebun binatang tersebut terus meningkat dengan rata-rata kunjungan sekitar 1.000 orang wisatawan per hari saat libur akhir pekan, setelah sebelumnya sempat ditutup pada bulan Juli 2021 hingga pertengahan bulan September lalu sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Perubahan gaya hidup akibat pandemi Covid-19 dialami oleh banyak orang. Ada yang bisa beradaptasi dengan cepat, ada pula yang tidak. Menurut psikolog Kasandra Putranto, perubahan gaya hidup semenjak pandemi berdampak kepada asupan makanan, jam tidur dan aktivitas fisik.

Tidak adanya batasan antara jam kerja dengan waktu personal membuat banyak orang semakin sulit untuk memiliki gaya hidup yang sehat seperti pada kondisi sebelum pandemi. Aktivitas fisik pun menjadi terbatas karena seluruh kegiatan dilakukan di dalam rumah. 
 
“Akibatnya pada kondisi psikis adalah berkurangnya kontak sosial yang mengakibatkan munculnya perasaan terisolasi, ketakutan akan menyebarnya virus sehingga berdampak pada kesejahteraan, serta meningkatkan resiko gejala psikologis seperti stres, cemas, dan depresi,” tulis Kasandra kepada Republika.
 
Tak sedikit dari kita mengalami gejala psikologis itu. Merasa terjebak hingga stres, lalu cemas, dan mungkin depresi menjadi hal yang mungkin saja bisa dialami oleh siapa saja. 
 
Menurut Kasandra, penyebab stress, cepat marah, dan gampang lelah saat pandemi disebabkan karena munculnya perasaan takut, khawatir, dan memikirkan kondisi diri dan orang-orang yang disayangi semasa pandemi. “Maraknya berita seputar Covid-19 juga berpengaruh terhadap kondisi psikis karena dapat menimbulkan rasa cemas dan distress terhadap situasi pandemi,” jelas dia.
 
Kasandra pun menjelaskan beberapa hal yang harus diperbuat jika mengalami hal-hal yang membuat stress dan membuat kita stuck. Pertama, penting bagi kita untuk mulai merawat diri sendiri. Hal itu bisa dilakukan dengan cara seperti memberikan waktu istirahat sejenak, makan makanan sehat, tidur yang cukup, atau melakukan olahraga
 
“Sebaiknya kita juga membatasi akses terhadap sosial media/media/informasi yang dapat menimbulkan stres. Kita juga bisa melakukan aktivitas lain yang menyenangkan untuk mengalihkan stres yang dirasakan,” kata Kasandra. 
 
Dalam kondisi stres, kita bisa mencari teman untuk berbagi rasa dan bercerita. Kita bisa menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dihadapi. Kasandra menekankan, jika kita merasa stres terus berlanjut, segera mencari bantuan profesional: psikolog/psikiater.
 
Variasi di keseharian kita, seperti staycation di hotel sejenak, mencicipi makanan di kafe yang tentunya memiliki ruang terbuka, atau olahraga di taman setelah sekian lama berolahraga di rumah saja, disebut Kasandra merupakan bentuk dari manajemen stress relief.
 
Hal-hal tersebut dapat memiliki banyak manfaat. Pertama, hal itu akan meningkatkan endorfin yang berfungsi menghasilkan perasaan senang dalam diri.
 
“Lalu itu mengurangi efek negatif dari stress, khususnya pada bagian kardiovaskular, sistem pencernaan, sistem imun, dan meningkatkan responS flight or fight,” jelas Kasandra.
 
Selain itu, variasi kegiatan dalam keseharian juga memiliki peran sebagai meditasi yang membuat tubuh lupa akan kegiatan-kegiatan yang membuat stres sebelumnya dan berfokus hanya pada pergerakan tubuh. Variasi kegiatan itu juga bisa meningkatkan mood, meningkatkan kepercayaan diri, membantu menjadi lebih relaks, menurunkan simtom depresi dan kecemasan, serta menghasilkan pola tidur yang sehat.
 
Kasandra mengatakan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan kondisi mental setelah melakukan stress relief. “Pertama, menetapkan tujuan SMART, yang berarti Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan Time-limited goals. Setelah itu, jadikan kegiatan dengan tujuan SMART menjadi rutinitas yang membantu mengurangi stress,” tutur Kasandra. 
 
Dia juga menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik setidaknya tiga kali dalam satu pekan.  Aktivitas fisik dapat berupa berjalan kaki, mengikuti yoga class, bersepeda, atau stretching ringan.
 
“Kita bisa mencari teman yang dapat membantu dalam melakukan kegiatan-kegiatan rekreasi lainnya. Lalu, penting bagi kita untuk mengubah rutinitas. Cari rutinitas yang dapat membuat tubuh lebih relaks dan santai seperti yoga,” jelas dia. 
 
Menurut Sosiolog dari Universitas Nasional, Nia Elvia, banyaknya orang saat ini mulai berani untuk keluar rumah sejenak, untuk sekadar makan di tempat yang aman, menjajal restoran, atau staycation di tengah-tengah pandemi merupakan sebuah fenomena. Dia menyebut ini tak lepas dari hakekat manusia sebagai makhluk sosial. 
 
“Saya kira fenomena ini memang tidak bisa dilepaskan dari hakekat kita sebagai mahkluk sosial. Sehingga ketika data penderita Covid melandai, mendorong kepercayaan masyarakat bahwa situasi di luar atau tempat biasa berkumpul atau berkreasi sudah 'aman',” ujar Nia kepada Republika.
 
Dia mengatakan, kondisi ini akan terus bergulir. Selama data penderita semakin kecil, maka ini akan menjadi pertanda bagi masyarakat untuk memulai aktivitasnya kembali, meskipun masih dalam koridor protokol kesehatan. 
 
Pemerintah Indonesia telah melakukan perpanjangan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Namun, karena data kasus Covid-19 semakin melandai, Pemerintah melonggarkan beberapa aturan.
 
Menurut laman Covid19.go.id, pelonggaran aturan pada PPKM level 3 dan 2 terjadi pada pembukaan bioskop dengan pengetatan protokol kesehatan dan pembatasan kapasitas pengunjung hanya 50 persen.
 
Tempat-tempat wisata pun diperbolehkan untuk dibuka dengan beberapa persyaratan. Baik bioskop dan tempat wisata di beberapa kota itu memberlakukan persyaratan vaksin lengkap untuk masuk ke lokasi. 
 
Dengan diperbolehkannya anak usia dibawah 12 tahun memasuki pusat perbelanjaan atau mal, hal ini diprediksi akan menambah jumlah orang yang akan keluar rumah sejenak untuk melepas penat, sambil membawa anaknya. 
 
Namun, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengimbau masyarakat untuk tak serta merta membawa anak untuk keluar rumah jika tak terlalu mendesak.  "Meskipun anak-anak usia di bawah 12 tahun tetap diperbolehkan masuk, saya imbau jika tidak terlalu mendesak, maka anak sebaiknya tinggal di rumah saja," ujar dia.
 
Dia juga meminta masyarakat khususnya orang tua sebagai pendamping anak untuk berhati-hati. Orang tua, kata dia, harus menjamin protokol kesehatan diterapkan dengan baik selama beraktivitas di dalam pusat perbelanjaan.
 
Pemerintah juga mengajak masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan di tengah pelonggaran, agar menurunkan potensi gelombang baru Covid-19. Gelombang baru selain bisa dipicu oleh kehadiran varian baru, juga bisa dipicu peningkatan mobilitas masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan.
 
"Untuk itu, kita perlu sama-sama mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 yang bisa dipicu oleh peningkatan mobilitas masyarakat. Penerapan protokol kesehatan harus selalu diterapkan untuk menghindari risiko lonjakan kasus," ujar Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Johnny G Plate, melalui laman Covid19.go.id.
 
Oleh karena itu, di samping terus menerapkan PPKM berlevel, pemerintah juga terus memperkuat penerapan aturan perjalanan domestik dan internasional. Hal ini dilakukan beriringan dengan penguatan pengawasan di pintu-pintu masuk internasional ke Indonesia.
 
Selain itu, pemerintah juga memperkuat upaya penanganan pandemi dengan memperkuat deteksi melalui peningkatan tes epidemiologi, meningkatkan rasio kontak erat yang dilacak, dan surveilans genomik di daerah-daerah yang mengalami kejadian kasus.
 
Penguatan upaya penanganan pandemi juga dilakukan melalui peningkatan ketersediaan tempat tidur rumah sakit untuk penanganan COVID-19; pemenuhan suplai oksigen, alat kesehatan, dan SDM kesehatan; tenaga kesehatan cadangan; pengetatan syarat masuk RS; dan meningkatkan pemanfaatannya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement