Senin 25 Oct 2021 05:30 WIB

Sengketa Gedung Ikonik di Barnet Berujung Islamofobia

Sengketa penjualan gedung ikonik di Barnet berujung Islamofobia

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,  LONDON -- Penjualan gedung Golders Green Hippodrome menuai reaksi dari banyak kalangan di Barnet, London, Inggris. Sejumlah kalangan mengatakan kabar penjualan tersebut sungguh memilukan. Dikabarkan, Gereja Hillsong "megachurch" internasional ingin mengubah gedung tersebut menjadi pusat hub London utara.

Penjualan tersebut menyusul adanya perselisihan perencanaan yang sudah berlangsung lama antara mantan pemilik Markaz El Tathgheef el-Eslami (MTE) dan Dewan Barnet, dengan anggota dewan yang menunda keputusan pada Juli lalu mengenai apakah akan menjadikan Hippodrome sebagai pusat komunitas Islam atau tidak.

Baca Juga

Menanggapi penjualan tersebut, Dewan Barnet mengatakan telah bekerja sama dengan pusat Islam dan menyarankannya tentang prosedur perencanaan. Dewan pun mengucapkan terima kasih kepada komunitas Muslim di Barnet atas kontribusi yang diberikan untuk Golders Green.

"Dan khususnya dukungan aktif mereka untuk program vaksinasi Covid-19. "Mereka sekarang telah memilih untuk pindah ke tempat lain, dan kami berharap yang terbaik untuk masa depan mereka," kata juru bicara Dewan Barnet, dilansir dari laman Hamhigh, Ahad (24/10).

 

Anggota Majelis London untuk Barnet dan Camden, Anne Clarke menyebut kabar penjualan tersebut memilukan. Dia mengatakan, setelah pertarungan yang begitu lama dan begitu banyak penundaan, tidak mengherankan bahwa banyak komunitas tidak merasa diterima di Barnet dan memutuskan untuk meninggalkannya.

"Saya sangat beruntung telah menghabiskan begitu banyak waktu di Markaz, dan senang berbicara untuk aplikasi mereka pada pertemuan komite perencanaan pada bulan Juli. Panitia memiliki semua yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan dan menyetujui aplikasi. Sebaliknya, mereka memilih untuk menunda dan menjerumuskan masyarakat ke dalam penundaan lebih lanjut," kata Clarke.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement