Ahad 24 Oct 2021 11:00 WIB

Kesedihan Nabi Muhammad Saat Anaknya Meninggal  

Nabi Muhammad sedih saat anaknya meninggal.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Kesedihan Nabi Muhammad Saat Anaknya Meninggal. Foto:   Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: Republika
Kesedihan Nabi Muhammad Saat Anaknya Meninggal. Foto: Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Selama bertahun-tahun Muhammad tetap bersama-sama penduduk Makkah melakukan aktivitas dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya. Dari sekiranya banyak yang ia jumpai, hanya Khadijah lah yang dinilai wanita teladan terbaik.

"Wanita yang subur dan penuh kasih, menyerahkan seluruh dirinya kepadanya," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad 

Baca Juga

Setelah dinikahi Nabi Muhammad, Khadijah telah melahirkan anak-anak seperti, al-Qasim dan Abdullah yang dijuluki at-Tahir dan at-Tayyib, serta puteri-puteri seperti Zainab, Ruqayya, Umm Kulthum dan Fatimah. Tentang al-Qasim dan Abdullah tidak banyak yang diketahui, kecuali disebutkan bahwa mereka meninggal kecil pada zaman Jahiliah dan tak ada meninggalkan sesuatu yang patut dicatat. 

"Tetapi yang pasti kematian itu meninggalkan bekas yang dalam pada orangtua mereka," katanya.

Demikian juga pada diri Khadijah terasa sangat memedihkan hatinya. Pada tiap kematian itu dalam zaman Jahiliah tentu Khadijah pergi menghadap sang berhala menanyakannya: kenapa berhalanya itu tidak memberikan kasih sayangnya, kenapa berhala itu tidak melimpahkan rasa kasihan.

"Sehingga dia mendapat kemalangan, ditimpa kesedihan berulang-ulang!?" 

Perasaan sedih karena kematian anak demikian sudah tentu dirasakan juga oleh suaminya. Rasa sedih ini selalu melecut hatinya, yang hidup terbayang pada istrinnya terlihat setiap ia pulang ke rumah duduk-duduk di sampingnya.

"Tidak begitu sulit bagi kita akan menduga betapa dalamnya rasa sedih demikian itu," katanya.

Pada suatu zaman yang membenarkan anak-anak perempuan dikubur hidup‐hidup dan menjaga keturunan laki-laki sama dengan menjaga suatu keharusan hidup, bahkan lebih lagi dan itu. Cukuplah jadi contoh betapa besarnya kesedihan itu.

"Muhammad tak dapat menahan diri atas kehilangan tersebut," katanya.

Sehingga ketika Zaid bin Haritsah didatangkan dimintanya kepada Khadijah supaya dibelinya kemudian dimerdekakannya.  Waktu itu orang menyebutnya Zaid bin Muhammad. 

"Keadaan ini tetap demikian hingga akhirnya ia menjadi pengikut dan sahabatnya yang terpilih," katanya.

Juga Muhammad merasa sedih sekali ketika kemudian anaknya, Ibrahim meninggal pula. Kesedihan demikian ini timbul juga sesudah Islam mengharamkan menguburkan anak perempuan hidup-hidup, dan sesudah menentukan bahwa sorga berada di bawah telapak kaki ibu. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement