Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hidayatulloh

Belajar Hukum di Hongaria, Negara Daratan Eropa Tengah

Eduaksi | Thursday, 21 Oct 2021, 13:08 WIB

Bagi pelajar asal Indonesia yang berminat studi hukum, umumnya mengambil kesempatan studi luar negeri di Belanda, Inggris, Australia atau Amerika Serikat. Negara-negara tersebut dikenal memilki fakultas hukum terbaik di dunia dan kebijakan hukumnya menjadi referensi kebijakan hukum di tanah air. Namun, sebenarnya banyak negara lain di Eropa yang cocok sebagai destinasi studi hukum termasuk Hongaria atau Magyarország yang terletak di Eropa Tengah.

Tulisan ini adalah pengalaman pribadi saya sebagai mahasiswa doktoral di Department of Financial Law, Institute of Public Law, Deak Ferenc Doctoral School of Law and Political Sciences, University of Miskolc, Hungary dengan beasiswa Stipendium Hungaricum dari Pemerintah Hongaria tahun 2021. Sebelum mulai kuliah disini, saya mempelajari course plan dan kemudian mendapatkan informasi langsung setelah mulai kuliah.

Ada beberapa alasan mengapa belajar hukum di Magyarország menjadi menarik dan cocok bagi sarjana hukum asal Indonesia. Sistem hukum Hongaria adalah Civil Law atau Romano-Germanic Legal System yang sama dengan Belanda sebagai negara yang mendirikan fondasi hukum Indonesia. Bagi peminat kajian perbandingan hukum, sistem hukum Hongaria dapat menjadi salah satu objek penelitian.

Alasan lainnya adalah bahasa pengantar studi yakni Bahasa Inggris, sehingga mahasiswa tidak perlu belajar bahasa baru, apalagi kajian hukum sangat terkait dengan teks. Oleh sebab itu, ketika melamar S3 disini, saya diwajibkan melampirkan hasil tes IELTS dengan skor minimal 6.0 atau setara dengan level B2. Alangkah beratnya andaikan menggunakan bahasa nasional Hongaria yaitu, Magyar. Saya bersyukur bahasa Inggris sebagai language of instruction sebagai mahasiswa internasional disini. Catatan juga, mahasiswa Ph.D. tidak diwajibkan atau ditawarkan mengikuti mata kuliah bahasa Hongaria, berbeda dengan mahasiswa S1 dan S2.

Lalu, durasi kuliah program S3 adalah empat tahun yang terbagi menjadi dua bagian. Dua tahun pertama adalah kuliah dan riset dilanjutkan dua tahun berikutnya penulisan disertasi. Sebelum masuk tahun ketiga atau semester lima, mahasiswa wajib lulus complex exam sebagai syarat menjadi Ph.D. candidate. Selama dua tahun pertama, mahasiswa mengikuti course yang bersifat wajib dan peminatan. Berdasarkan course plan, mahasiswa S3 mengambil mata kuliah wajib dalam kurun waktu dua tahun, antara lain Common Historical and Social Roots of the European Law, Constitutional Law and Constitutional Justice, Research Methods, Development Trends in State Science, Theory of Law, Philosophy of Science, Development Trends in Civil Law Sciences, Legal Harmonization and Legal Unification of European Community, Development Directions of Criminal Law Sciences, dan Labour Law, Agricultural Law and Environmental Law in European Union. Selain compulsory courses tersebut, ada juga beberapa mata kuliah peminatan yang diampu oleh supervisor. Salah satu kepuasan studi disini adalah mendapatkan wawasan pengetahuan hukum dengan perspektif Eropa yang berbeda dengan Indonesia. Bagi saya yang menyelesaikan S1 dan S2 hukum di dalam negeri, saya sangat menikmati perbedaannya.

Jangan khawatir dengan banyak mata kuliah, tidak semua tatap muka di kelas, tetapi sebagian besar telaah dan analisis data lalu menulis esai atau makalah. Untuk meraih gelar Ph.D., mahasiswa wajib menyelesaikan 240 poin kredit, namun sebelum complex exam wajib menyelesaikan 120 poin kredit. Selain mata kuliah, mahasiswa pun diharuskan melakukan aktifitas riset sebagai bagian pemenuhan poin kredit sepanjang studi seperti menulis makalah jurnal, presentasi konferensi dan lainnya. Makin banyak kontribusi ide dan pemikiran yang dipublikasikan, tentunya sangat baik. Bahkan saya memiliki pengalaman dibiayai oleh fakultas untuk mengikuti konferensi internasional di kampus lain. Hal lain yang menyenangkan, mahasiswa S3 mendapatkan kantor atau ruangan khusus di gedung fakultas sebagai tempat mengerjakan tugas, riset dan lainnya. Tentunya ruangan berbagi dengan mahasiswa S3 lainnya.

Bagaimana topik riset disertasi? Saya pribadi mengajukan proposal penelitian dengan kajian tanggung jawab negara atas surat utang Badan Usaha Milik Negara yang masuk di institute of public law di department of financial law. Sebelum menentukan universitas, saya memilih supervisor yang cocok dengan kajian saya. Supervisor saya di kampus adalah kepala departemen yang memiliki pengalaman riset tentang bidang hukum yang saya minati. Mungkinkah mahasiswa mengganti topik riset? Jawabannya boleh saja, bahkan ada kasus mahasiswa berganti supervisor dan berpindah departemen. Sah-sah saja dengan argumentasi yang tepat.

Sebagai informasi, Faculty of Law, University of Miskolc memiliki lima institut antara lain: public law, private law, criminal justice, European and international law, dan legal history and jurisprudence. Tiap institute memiliki beberapa departemen. Misalnya public law memiliki constitutional law, administrative law dan financial law. Private law memiliki commercial law, labour and agricultural law, dan civil law. Criminal justice terbagi menjadi departemen criminal law and criminology dan criminal procedure and correctional law. European and international law memiliki dua departemen yaitu European law and international private law dan civil procedure and international law. Terakhir legal history and jurisprudence memiliki departemen jurisprudence and sociology of law, legal history dan Roman law.

Bagaimana tantangan belajar hukum di Hongaria? Menurut pengalaman pribadi saya disini, buku-buku hukum berbahasa Inggris masih sedikit tersedia di perpustakaan. Solusinya saya mengandalkan jurnal dan referensi online yang diakses melalui internet. Lalu saya pribadi menyarankan, mahasiswa hukum sebaiknya menghindari pengumpulan data dengan metode wawancara kepada staf lembaga atau orang Hongaria. Kendala beratnya adalah bahasa, kecuali kamu memiliki motivasi belajar bahasa Magyar yang tidak diajarkan kepada mahasiswa S3. Oleh sebab itu, saya cenderung memilih riset dokumen jika mengambil perbandingan hukum dengan Hongaria atau negara Eropa lainnya. Ada lagi kendala tidak semua dosen, staf kampus dan staf pemerintah fasih berbahasa Inggris. Seringkali dalam mengurus administrasi kampus dan pemerintah, saya perlu didampingi oleh mentor mahasiswa Hongaria. Selain itu, komunikasi mahasiswa dengan dosen hanya menggunakan e-mail sehingga saya harus rajin mengecek terkait jadwal pertemuan dengan supervisor atau dosen lainnya serta harus menunggu balasan jika mengajukan pertanyaan atau membutuhkan bantuan.

Demikian cerita pengalaman pribadi saya sebagai mahasiswa di University of Miskolc, yang mungkin berbeda dengan kawan yang mengambil bidang hukum di kampus lainnya. Jangan ragu untuk studi hukum di negara manapun, termasuk Hongaria yang termasuk bagian dari Uni Eropa.

Hidayatulloh, mahasiswa S3 Department of Financial Law, Deak Ferenc Doctoral School of Law and Political Sciences, University of Miskolc dan Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image