Sabtu 23 Oct 2021 20:15 WIB

Dukung Reformasi DK PBB, Putin: Erdogan Benar

Putun perlu merasa membuat organisasi DK PBB ini lebih seimbang.

Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: AP/Grigory Sysoev/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat mengatakan bahwa perlu dilakukan sesuatu untuk membuat Dewan Keamanan PBB lebih seimbang. Berbicara pada pertemuan Klub Diskusi Valdai di Sochi pada Kamis, Putin mengatakan apa yang selama ini dituntut oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan “benar dalam pendapatnya.”

“Kita perlu berpikir bagaimana membuat organisasi ini (PBB) lebih seimbang, terutama karena memang benar, dan dalam hal ini Presiden Erdogan benar, itu didirikan setelah Perang Dunia II, dan ada keseimbangan kekuatan tertentu, yang sekarang telah berubah. Itu sudah berubah,” kata Putin.

Baca Juga

Erdogan telah memperjuangkan upayanya untuk reformasi PBB di bawah slogan "dunia lebih besar dari lima." Alasannya bahwa struktur Dewan Keamanan PBB saat ini yang terdiri dari lima anggota tetap sangat tidak mewakili dunia, khususnya negara-negara berkembang dan Muslim.

Sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/putin-dukung-reformasi-pada-dewan-keamanan-pbb/2400479.

Putin menambahkan bahwa dia mengangkat masalah ini atas inisiatifnya sendiri pada pertemuan baru-baru ini dengan presiden Turki di Rusia.

“Jelas mengapa pemimpin Turki membicarakan hal ini. Rupanya, dia percaya bahwa Turki bisa menjadi anggota tetap Dewan Keamanan. Tetapi bukan untuk kami, bukan Rusia yang akan memutuskan. Ini harus diputuskan dengan konsensus,” tutur dia.

“Saya kemudian memberitahu Erdogan secara langsung bahwa jika kita menghancurkan hak veto anggota tetap, PBB akan mati pada hari yang sama, itu akan berubah menjadi Liga Bangsa-Bangsa, platform untuk diskusi,” imbuh presiden Rusia.

Dia mencatat bahwa dia tidak ingin menghancurkan lembaga PBB, serta menambahkan bahwa hak veto adalah inti dari PBB hari ini.

Namun, sebut Putin, dia setuju perlunya membuat organisasi “lebih seimbang”, sehingga mencerminkan kekuatan ekonomi China yang mengalahkan AS dalam hal daya beli, pertumbuhan ekonomi India yang cepat, dan perubahan di Afrika dan Amerika Latin. “Semua ini harus diperhatikan, jangan sampai kita salah atau meributkan masalah ini,” jelasnya.

sumber : Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement