Sabtu 23 Oct 2021 01:01 WIB

Kereta Cepat Terintegrasi dengan Moda Transportasi Lain

KA Feeder kereta cepat menggunakan rangkain KRD yang didesain seperti KA Bandara.

Rep: Antara/ Red: Satria K Yudha
Pekerja melakukan pemasangan rel untuk kereta cepat di depo Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (11/10/2021). PT KCIC mencatat, progres pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung per pekan keempat September 2021 sudah mencapai 79 persen dengan memprioritaskan percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan progres akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Pekerja melakukan pemasangan rel untuk kereta cepat di depo Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (11/10/2021). PT KCIC mencatat, progres pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung per pekan keempat September 2021 sudah mencapai 79 persen dengan memprioritaskan percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan progres akibat dampak dari pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memastikan keberadaan Stasiun Padalarang akan membantu integrasi kereta cepat Jakarta-Bandung dengan moda transportasi lain. Integrasi ini diyakini memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.

Presiden Direktur PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, Stasiun Padalarang akan meningkatkan konektivitas penumpang dari pusat Bandung dan Cimahi yang menggunakan kereta cepat. "Di Stasiun Hub Padalarang ini, akan terjadi konektivitas yang nyaman bagi penumpang KCJB yang ingin langsung melanjutkan perjalanan ke Kota Cimahi dan Bandung dengan KA Feeder yang dilayani oleh PT KAI," kata Dwiyana, Jumat (22/10).

Ia menjelaskan, penambahan Stasiun Hub di Padalarang dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti demografi, komersial, dan infrastruktur di area Padalarang, yang memadai dan mampu menyasar penumpang yang berasal dari Bandung bagian barat.

"Stasiun kereta cepat akan berada di sebelah barat stasiun KA Padalarang. Penumpang yang hendak menggunakan layanan kereta cepat dari Padalarang atau sebaliknya akan disediakan KA Konvektivitas menuju Stasiun Cimahi dan Bandung," katanya.

Ia memaparkan, KA Feeder akan menggunakan rangkaian KRD yang didesain seperti KA Bandara dan melayani rute dari Stasiun Padalarang menuju Stasiun Bandung serta dapat berhenti di stasiun Cimahi. Menurut rencana, pemberangkatan KA Feeder adalah setiap 20 menit pada jam sibuk dan 30 menit di luar jam sibuk atau menyesuaikan operasional kereta cepat.

Durasi perjalanan dari Stasiun Padalarang ke Stasiun Bandung diperkirakan selama 18 menit. Jika berhenti di Stasiun Cimahi, maka durasi perjalanan menjadi 22 menit.

Sementara itu, pengoperasian Stasiun Tegalluar diharapkan dapat menyasar penumpang di Bandung bagian Timur. Stasiun ini nantinya akan terhubung dengan Bus Rapid Transit, taksi, maupun moda transportasi lainnya.

Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar juga disebut akan memiliki kemudahan aksesibilitas, mulai dari exit tol Padaleunyi arah Jakarta dan aksesibilitas dari dan menuju Stadion GBLA. Dalam fase awal, terdapat empat stasiun yang digunakan untuk melayani penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung yaitu Stasiun Halim, Karawang, Padalarang dan Tegalluar.

Terkait Stasiun Walini, Dwiyana memastikan stasiun ini belum dimasukkan menjadi stasiun pelayanan pada fase pertama pengoperasian kereta cepat. Hal ini setelah mempertimbangkan aspek komersial dan kondisi perseroan yang sedang melakukan efisiensi.

Meski terjadi penundaan pembangunan Stasiun Walini, ia menekankan bukan berarti pengerjaan konstruksi di Walini dibatalkan. Perusahaan bisa melakukan pembangunan di stasiun ini pada fase selanjutnya sesuai arahan pemegang saham. "Penundaan pembangunan ini bukan berarti pengerjaan konstruksi di Walini batal. Namun hanya ditunda sementara waktu," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement